free counters

Tuesday, May 31, 2011

Teknologi Menjawab Tantangan Perubahan Iklim dan Bencana

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia menggelar workshop teknologi "TechCamp Jakarta" di @America, Pacific Place, Jakarta. Workshop teknologi ini akan berlangsung selama 2 hari, 19-20 Mei 2011.

TechCamp adalah bagian dari program Civil Society 2.0 yang diprakarsai oleh Hillary Clinton. TechCamp Jakarta sendiri merupakan acara kedua di dunia setelah tahun lalu event yang sama diadakan di Santiago, Chile.

Asisten Atase Pers Kedutaan AS Philip W. Roskamp mengatakan, "Sebanyak 40 LSM, sipil yang ahli dalam teknologi mengikuti acara ini." Ada pula dari Google, Yahoo, Microsoft, Telkomsel, Indosat, dan Novartis.

Roskamp mengungkapkan, workshop sendiri akan dibagi dalam beberapa diskusi kelompok. "Di sini kita fokus pada bagaimana teknologi merespon masalah bencana alam dan perubahan iklim," katanya.

Salah satu yang cukup disoroti adalah peran media sosial untuk merespon 2 masalah yang menjadi fokus yakni perubahan iklim dan bencana alam. Pengguna Facebook dan Twitter di Indonesia yang besar kembali dilihat sebagai potensi penggerak.

"Kita lihat bagaimana pengguna Facebook di Indonesia yang besar. Ini bisa berkontribusi untuk mengatasi masalah perubahan iklim dan bencana alam," kata Roskap ketika ditemui di sela pembukaan workshop hari ini.

Salah satu yang hadir di TechCamp Jakarta adalah Dian Paramitha, warga Yogyakarta yang tergabung dalam milis Cah Andong dan memprakarsai pengumpulan dana untuk korban Merapi lewat media sosial. Dian menguraikan, "Kemarin kita kumpulkan dana lewat Twitter dan dalam sebulan dapat Rp 100 juta. Tiap ada yang memberi kita foto sehingga orang percaya bahwa dananya disalurkan ke tempat yang benar."

Mengatakan tujuan kehadirannya, Dian yang sebelumnya juga mengumpulkan dana lewat media sosial untuk panti asuhan mengungkapkan, "Saya ingin nanti yang dengerin bisa terinspirasi, memakai internet untuk kegiatan sosial."

Hadir pula Hanny Kusumawati yang dikenal lewat program Coin a Chance. Ia mengatakan, "Di sini kan ada NGO. Nanti diharapkan bisa menemukan cara bagaimana media sosial mendukung program mereka."

Michael T Jones, Chief Technology Officer Keyhole Google mengatakan, fokus TechCamp di Jakarta sangat menarik. Ia mengatakan bahwa Google sendiri telah memiliki teknologi untuk membantu 2 masalah yang menjadi fokus dalam workshop ini.

"Kita bukan ilmuwan. Tapi Google punya Google Earth untuk ilmuwan di mana mereka bisa mengetahui mana daerah yang polusinya tinggi, kadar garam, dan sebagainya. Itu cara kami membantu," ungkapnya.

Sementara, dalam bidang bencana alam, ia mengatakan bahwa Google telah mengembangkan program yang bisa membantu mencari korban dan memberikan gambaran bagaimana bencana terjadi.

Roskamp menilai, penggunaan teknologi untuk merespon bencana alam dan perubahan iklim di Indonesia bisa berhasil. "Dengan jumlah masyarakat Indonesia yang mengakses Facebook, saya yakin itu bisa berhasil," katanya.
sumber di sini

Lombok, Memang Indah...


SUDAH lama Lombok masuk dream list tempat untuk didatangi. Janjian sama teman adanya gagal melulu, jadwal yang nggak pernah match satu sama lain. Sampai akhirnya salah satu teman mengajak saya dengan antusias ke Lombok, tidak perduli apakah harpitnas pada tanggal 16 Mei kemaren bakalan cuti bersama atau tidak. Sudah niat banget untuk mengambil jatah cuti tahunan.

Persiapan yang mepet, hanya tersisa dua minggu untuk hunting tiket pesawat dan hotel. Untungnya nasib baik berpihak pada saya, setelah mantengin harga tiket yang nggak kunjung turun, saya iseng-iseng buka webnya GIA. Betapa bahagianya saya ketika mendapati untuk rute Kupang-Denpasar-Mataram harganya paling murah dibandingkan di Lion Air dan Batavia Air.

Awalnya saya berencana menginap di daerah Senggigi, namun banyak teman yang menyarankan mendingan saya menginap di Mataram saja, mengingat kalau malam di Senggigi lumayan sepi. Akhirnya saya memilih menginap di Hotel Crown, dengan harga yang reasonable dan tempatnya strategis banget, nggak jauh dari Mataram Mall maupun ke Pasar Cakranegara, sebagai antipasi biar mudah cari makan maupun jika hendak membeli oleh-oleh.

Tanggal 13 Mei siang, saya berangkat dari Kupang transit di Denpasar selama 4 jam, baru malamnya berangkat lagi ke Mataram. Transit 4 jam di Denpasar tidak saya sia-siakan, karena Bandara Ngurah Rai dekat banget dengan pantai Kuta. Window shopping di Centro, berlanjut turun sebentar ke pantai, sayang tiba-tiba gerimis datang. Buyar deh acara hunting foto. Akhirnya, sore itu saya menghabiskan waktu ditemani segelas hot chocolate.


Jam setengah delapan malam akhirnya pesawat berangkat juga, setelah mengalami keterlambatan satu jam (teutep ya), hanya sekejap tiba-tiba saja pesawat sudah mendarat di Bandara Selaparang Mataram. Malam itu udara terasa segar, karena rupanya hujan baru saja turun. Setelah teman saya dari Surabaya mendarat, langsung meluncur ke hotel dengan membayar taksi seharga Rp 30 ribu.


Mataram di pagi hari bersinar cerah. Teman saya menepati janjinya, tak lama setelah saya selesai sarapan dia datang, rencana dia yang akan mengantarkan saya putar-putar Lombok. Taman Mayura-Pura Lingsar-Taman Narmada ternyata tempatnya tidak terlalu jauh, dalam satu jalur menuju ke pantai Kuta di Lombok Selatan.

Taman Mayura pagi itu terlihat sangat sepi, hanya kami saja yang datang, sementara di beberapa sisi sedang mengalami renovasi. Di Pura Lingsar saya dan teman-teman ikutan tradisi lempar koin ke dalam kolam, just for fun, selanjutnya menyaksikan tradisi pemanggilan ikan “keramat”. Ikannya muncul juga akhirnya setelah dipancing dengan telur asin yang baunya amis sekali. Lanjut ke Taman Narmada, disini lumayan ramai, banyak yang renang, suasana rindang, sayang kolamnya agak kotor, ada beberapa sampah plastik mengambang di Telaga Ageng.

Lepas dari Taman Narmada, kita meluncur ke selatan, melewati daerah Praya, melewati Gedung Bandara Mataram yang baru, melintasi tempat wisata desa Sasak, entah desa Sasak yang mana yang sering masuk TV itu, karena kami melewati lebih dari 2 desa adat di sana.

Selanjutnya kami melewati perkampungan yang di belakangnya berdiri bukit-bukit yang menghijau. Lama-lama perkampungan itu berubah menjadi deretan hotel dan kafe di sepanjang sisi jalan. Di salah satu kafe kami berhenti, sudah waktunya makan siang.

Begitu turun mobil, mata saya terbelalak, nyaris tak percaya, pemandangan di depan mata sungguh menyilap mata. Indah tiada tara. Sebuah bukit hijau berdiri menjulang, sementara laut berwarna hijau kebiruan terhampar di bawahnya. Nun jauh di sisi lainnya nampak beberapa bongkahan batu karang berdiri menjulang. Indah. Inilah pantai Kuta Lombok. Relatif sepi jika harus dibandingkan dengan pantai Kuta yang ada di Bali, namun menurut saya pantai Kuta Lombok ini jauh lebih indah.


Nampak pasangan bule sedang mengajari anak bayinya berenang, lucu sekali. Sementara di sisi lain nampak teman-teman bulenya sedang membaca buku sambil sesekali mengobrol dengan anak-anak penjaja souvenir yang tak henti mengitarinya.

Balik ke kafe, makanan sudah siap. Banyak sekali penjaja souvenir yang sudah menunggu disana, agak mengganggu, tapi cuek saja lah. Tak berapa lama, mereka memilih mengelilingi pasangan bule di meja sebelah yang sedang ramai mengobrol dengan pemilik kafe.


Begitu kami hendak keluar dari kafe, pemiliknya mendekati kami, mengucapkan terima kasih sembari mencakupkan tangan di depan dada. Selanjutnya teman saya mengarahkan mobil terus ke timur…menuju tempat dimana saya kembali terbelalak menyaksikan keindahannya. Sampai ketemu di pantai Tanjuang Aan. (Bersambung)


Sumber: http://www.kompasiana.com/ningstami

Monday, May 30, 2011

Tips Mengembangkan Otak Anda.

1. Gunakan atau Anda akan kehilangannya. Bila kita berbaring terus menerus, maka otot otot kita akan melemah dan berkurang terus. Demikian juga dengan otak kita. Kalau jarang dipakai (apalagi dalam kondisi brand new, harganya mahal....hei, entar dulu..., barang yang sering dipakai dan antik, harganya jauh lebih mahal dari yang baru.....jadi pakai terus aja otak kita....;-)). Penelitian menunjukkan, otak yang aktif meemperkecil kemungkinan kelainan kognitif, kepikunan, alzheimer pada tahapan lanjut usianya.



MENDENGAR kata Cilegon, gambaran pertama yang melekat di benak adalah kota dengan jajaran pabrik petrokimia maupun baja berikut kepulan asap dari cerobongnya. Namun, kota yang berada di ujung barat daya Provinsi Banten ini punya kawasan wisata yang kerap didatangi warganya saat libur.

Cara terpraktis bagi pelancong yang lewat Tol Jakarta-Merak untuk memasuki kota ini, keluar melalui Gerbang Tol Cilegon Timur atau Gerbang Tol Cilegon Barat. Begitu memasuki Kota Cilegon, tinggal memilih destinasi yang hendak kita tuju.

Ingin berjalan-jalan dulu di seputaran kawasan kota? Tak ada salahnya menjajal Krakatau Jungle Park (KJP), sebuah taman yang ditumbuhi rimbun pepohonan besar dan dilengkapi berbagai wahana permainan.

Begitu keluar dari Pintu Tol Cilegon Timur, pengunjung segeralah berbelok ke kanan menyusuri jalan protokol Kota Cilegon. Begitu tiba di simpangan, ambillah jalur yang mengarah ke Merak.

Sejurus kemudian, kita akan sampai ke perempatan. Arahkan kendaraan ke kanan menyusuri Jalan Yasin Beji. Hanya berjarak sekitar 500 meter dari perempatan itu sampailah kita ke KJP.

Apabila keluar dari Gerbang Tol Cilegon Barat, pengunjung tinggal berbelok kiri menyusuri Jalan Merak-Cilegon sebelum kemudian tiba di pertigaan yang salah satunya merupakan Jalan Yasin Beji, lokasi terhamparnya KJP.

Rimbun pepohonan tinggi menghijau dengan tajuknya yang lebar menjamin pengunjung tidak akan kegerahan berada di sini. Aneka permainan ketangkasan maupun yang bersifat hiburan dapat ditemui di tempat wisata ini.

Penyuka kegiatan yang memacu adrenalin dapat mencoba flying fox, meluncur dari menara setinggi 10 meter menyeberangi danau mungil tempat pengunjung lainnya mengayuh pedal sepeda air.

Pada permainan burma cross, pengunjung diajak meniti jembatan yang pijakannya berupa bilah kayu yang bergantung pada tali-temali. Di luar permainan-permainan itu, masih ada pula beragam permainan lain seperti memasuki bola apung di kolam dan meniti jembatan berupa jaring-jaring tali.

”Pada hari biasa, pengunjung yang datang berkisar puluhan hingga ratusan orang, tetapi saat liburan lebih dari 1.000 orang yang datang,” kata Bachtiar, petugas KJP yang ditemui saat memandu serombongan siswa yang berkunjung ke KJP, Senin (16/5/2011) awal pekan ini.

Di sela-sela keriuhan pengunjung menikmati ragam permainan, kerap terlihat pula beberapa orang yang memanfaatkan waktu dengan memancing di danau mini. Danau berair hijau lumut tersebut tersambung langsung dengan sungai yang gemericik airnya terdengar.

Pantai

Anda mau menikmati kawasan pantai dengan panorama paduan suasana alam dan hiruk-pikuk kegiatan pelabuhan?

Kota Cilegon juga memiliki dua kawasan wisata pantai, yakni Pulorida dan Kelapa Tujuh.

Lokasi kedua pantai tersebut berada di pesisir Selat Sunda sisi barat daya Banten, dekat perbatasan dengan Kabupaten Serang. Pulorida dan Kelapa Tujuh memiliki kekhasan dibanding pantai alami lainnya di Banten.

Kedua pantai itu berada di pertengahan antara Pelabuhan Merak dan PLTU Suralaya. Alhasil, selain hamparan pasir yang lembut dengan ombaknya yang tenang, pengunjung Pulorida dapat menyaksikan kapal tunda maupun tongkang batubara yang berlayar di perairan lepas pantai.

Kepulan asap dari enam cerobong raksasa pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menjulang ratusan meter di perbukitan Suralaya menjadi latar belakang Pantai Pulorida.

Seandainya ditambahkan cerita kepada anak-anak bahwa di PLTU itulah bergantung aliran listrik bagi Jawa dan Bali, pengalaman berwisata di Pulorida sekaligus memberi tambahan wawasan bagi mereka.

Anak-anak dapat melihat fasilitas pusat pembangkit yang telah menjadikan lampu di kamar rumah mereka menyala setiap hari.

Kerindangan pepohonan yang dijumpai di Pulorida maupun Kelapa Tujuh memberi keleluasaan pengunjung bersantai sembari menggelar tikar dan menikmati kudapan.

Ada pula warga yang berprofesi menyewakan pelampung bagi mereka yang hendak berenang di perairan.

Sayangnya, ruas jalan menuju Pulorida dan Kelapa Tujuh ini rusak di beberapa titik sehingga pengunjung harus waspada ketika sesekali bertemu dengan jalan yang berlubang dan bergelombang.

”Kalau saja jalan itu diperbaiki, tentu makin banyak yang tertarik datang ke sini,” kata Adi, seorang pengunjung, Kamis (19/5/2011).

Kondisi jalan makin menyenangkan ketika sejak sebulan terakhir pengunjung Pulorida maupun Kelapa Tujuh tidak perlu khawatir terjebak kemacetan di depan pelabuhan Merak. Pasalnya, jalan layang tersebut sudah digunakan dan mampu mencegah kemacetan akibat pertemuan arus kendaraan dari arah Tol Merak, Pelabuhan Merak, maupun arah Pulorida.

Posisi Pulorida yang dekat Pelabuhan Merak menjadikan pengunjung Pulorida dan Kelapa Tujuh yang datang bersama keluarga dapat sekaligus mengajak anak-anaknya melihat langsung hiruk-pikuk lalu lintas penyeberangan antarpulau itu.

Bagi anak-anak yang setiap hari bertemu dengan kendaraan darat seperti mobil, bus, atau kereta, kegiatan mengamati kapal feri yang ukurannya hampir sepertiga lapangan sepak bola jelas akan memberi sensasi dan kenangan tersendiri.

Bukankah salah satu tujuan berwisata adalah menyimpan kenangan mengesankan di ingatan kita? Tertarik, jangan ragu mencoba ke sana. (C Anto Saptowalyono)

Google Wallet Diluncurkan

NEW YORK, KOMPAS.com — Google Inc meluncurkan layanan mobile payment yang diberi nama Google Wallet, Kamis (26/5/2011). Layanan tersebut akan tersedia di ponsel dari Sprint Nextel Corp. Layanan ini memungkinkan pemilik telepon membayar dan mencairkan kupon lewat ponsel dengan sistem operasi Android.

Teknologi itu tersedia di ponsel Android Nexus S dari Sprint, operator nirkabel terbesar ketiga di Amerika Serikat. Google menggunakan teknologi yang disebut komunikasi jarak dekat atau near field communication (NFC). Teknologi ini memungkinkan pengguna membayar lewat ponsel di kasir yang dilengkapi dengan NFC.

Google akan meluncurkan layanan ini di lima kota, New York, San Francisco, Los Angeles, Chicago, dan Washington DC.

Borrell Associates Inc memperkirakan, belanja lewat kupon mobile di AS bakal naik jadi 6,53 miliar dollar AS tahun 2014 dibandingkan tahun lalu 370 juta dollar AS.

Google menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak dari beberapa perusahaan, seperti VeriFone Systems Inc dan ViVOtech Inc, untuk menjalankan layanan. (Kontan/Gloria Natalia)

Hukum Truk Sampah

Penulis : Tim AndrieWongso.com

Suatu hari, seorang pria naik sebuah taksi dan pergi menuju bandara.Ketika sedang melaju cepat (pada jalur yang benar), tiba-tiba sebuah mobil hitam--tanpa memberi tanda apa pun--menyerobot mengambil jalan di depan taksi itu.

Si supir taksi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobilnya berdecit dan berhenti hanya beberapa sentimeter dari mobil tersebut.

Materi Pert 9 dan 10 & Materi Kuis

Download di sini

Friday, May 27, 2011

Asyik, Facebook Akan Dilengkapi Musik, TV, dan e-Book

ARIS, KOMPAS.com - Facebook terus mengembangkan fitur-fiturnya agar makin digemari pengguna yang senang berjejaring sosial di dunia maya. CEO Facebook Mark Zuckenberg mengatakan, aplikasi musik, program televisi, dan buku bacaan akan menjadi produk baru yang memperkaya aplikasi Facebook ke depannya.

Dalam forum teknologi G-8 di Paris, Zuckenberg menjelaskan bahwa pengalaman multimedia ini kemungkinan akan mengikuti jejak aplikasi permainan di komputer yang telah dikembangkan Facebook selama ini. Saat ini Facebook sedang melakukan pembicaraan dengan Netfix Inc. untuk bisa mengintegrasikan semua aplikasi ini dalam satu perangkat.

"Saya berharap kita bisa mengaplikasikan itu di Fecebook dengan perusahaan baru yang akan kami bangun. Nanti perusahaan ini akan menciptakan konten menarik dan Facebook akan membuat Facebook bisa lebih bersosialisasi," ujar Zuckenberg.

Facebook saat ini sedang memperluas jangkauan bisnis dengan iklan. Facebook bersaing langsung dengan Google untuk urusan ini. Perusahaan yang berbasis di Palo Alto, California itu berhasil mencetak pendapatan lebih dari 2 miliar dollar AS tahun ini.(Kontan/Rizki Caturini)

Thursday, May 26, 2011

Sang Pemerkosa dan Pendonor sumsum tulang belakang


Pada tahun 2002 di harian Italian Post , muncullah iklan pencarian orang yang teristimewa. Berikut kisahnya :

17 Mei 1992 di parkiran mobil ke- 5 Wayeli , seorang wanita kulit putih diperkosa oleh seorang kulit hitam. Tak lama kemudian, sang wanita melahirkan seorang bayi perempuan berkulit hitam. Ia dan suaminya tiba-tiba saja menanggung tanggung jawab untuk memelihara anak ini. Sayangnya, sang bayi kini menderita leukemia (kanker darah). Dan ia memerlukan transfer sumsum tulang belakang segera.

Ayah kandungnya merupakan satu-satunya penyambung harapan hidupnya. Berharap agar pelaku pemerkosaan pada waktu itu saat melihat berita ini, bersedia menghubungi Dr. Adely di RS Elisabeth.

Berita pencarian orang ini membuat seluruh masyarakat gempar. Setiap orang membicarakannya. Masalahnya adalah apakah orang hitam ini berani muncul Padahal jelas ia akan menghadapi kesulitan besar, Jika ia berani muncul, ia akan menghadapi masalah hukum, dan ada kemungkinan merusak kehidupan rumah tangganya sendiri. Jika ia tetap bersikeras untuk diam, ia sekali lagi membuat dosa yang tak terampuni. Kisah ini akan berakhir bagaimanakah ?

Seorang anak perempuan yang menderita leukimia ternyata menyimpan suatu kisah yang memalukan di suatu perkampungan Itali. Martha, 35 thn, adalah wanita yang menjadi pembicaraan semua orang.

Ia dan suaminya Peterson adalah warga kulit putih, tetapi di antara kedua anaknya, ternyata terdapat satu yang berkulit hitam. Hal ini menarik perhatian setiap orang di sekitar mereka untuk bertanya, Martha hanya tersenyum kecil berkata pada mereka bahwa nenek berkulit hitam, dan kakeknya berkulit putih, maka anaknya Monika mendapat kemungkinan seperti ini

Musim gugur 2002, Monika yang berkulit hitam terus menerus mengalami demam tinggi. Terakhir , Dr. Adely memvonis Monika menderita leukimia. Harapan satu-satunya hanyalah mencari pedonor sumsum tulang belakang yang paling cocok untuknya. Dokter menjelaskan lebih lanjut.

Diantara mereka yang ada hubungan darah dengan Monika merupakan cara yang paling mudah untuk menemukan pedonor tercocok. Harap seluruh anggota keluarga kalian berkumpul untuk menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang.

Raut wajah Martha berubah, tapi tetap saja seluruh keluarga menjalani pemeriksaan. Hasilnya tak satupun yang cocok. Dokter memberitahu mereka, dalam kasus seperti Monika ini, mencari pedonor yang cocok sangatlah kecil kemungkinannya. Sekarang hanya ada satu cara yang paling manjur, yaitu Martha dan suaminya kembali mengandung anak lagi. Dan mendonorkan darah anak untuk Monika. Mendengar usul ini Martha tiba-tiba menjadi panik, dan berkata tanpa suara Tuhan. . kenapa menjadi begini ?

Ia menatap suaminya, sinar matanya dipenuhi ketakutan dan putus asa. Peterson mengerutkan keningnya berpikir. Dr. Adely berusaha menjelaskan pada mereka, saat ini banyak orang yang menggunakan cara ini untuk menolong nyawa para penderita leukimia, lagi pula cara ini terhadap bayi yang baru dilahirkan sama sekali tak ada pengaruhnya. Hal ini hanya didengarkan oleh pasangan suami istri tersebut, dan termenung begitu lama. Terakhir mereka hanya berkata, Biarkan kami memikirkannya kembali.

Malam kedua, Dr. Adely tengah bergiliran tugas, tiba-tiba pintu ruang kerjanya terbuka, pasangan suami-istri tersebut. Martha menggigit bibirnya keras, suaminya Peterson, menggenggam tangannya, dan berkata serius pada dokter. Kami ada suatu hal yang perlu memberitahumu. Tapi harap Anda berjanji untuk menjaga kerahasiaan ini, karena ini merupakan rahasia kami suami-istri selama beberapa tahun. Dr. Adely menganggukkan kepalanya.

Itu adalah 10 tahun lalu, bulan Mei tahun 1992. Waktu itu anak kami yang pertama, Eleana telah berusia 2 tahun. Martha bekerja di sebuah restoran fast food. Setiap hari pukul 10 malam baru pulang kerja. Malam itu, turun hujan lebat. Saat Martha pulang kerja, seluruh jalanan telah tiada orang satupun. Saat melalui suatu parkiran yang tak terpakai lagi.

Martha mendengan suara langkah kaki, dengan ketakutan memutar kepala untuk melihat, seorang remaja berkulit hitam tengah berdiri di belakang tubuhnya. Orang tersebut menggunakan sepotong kayu, memukulnya hingga pingsan, dan memperkosanya. Saat Martha sadar, dan pulang ke rumah dengan tergesa-gesa, waktu telah menunjukkan pukul 1 malam. Waktu itu aku bagaikan gila keluar rumah mencari orang hitam itu untuk membuat perhitungan. Tapi telah tak ada bayangan orang satupun. Malam itu kami hanya dapat memeluk kepala masing-masing menahan kepedihan. Sepertinya seluruh langit runtuh.

Bicara sampai sini, Peterson telah dibanjiri air mata, Ia melanjutkan kembali . Tak lama kemudian Martha mendapati dirinya hamil. Kami merasa sangat ketakutan, kuatir bila anak yang dikandungnya merupakan milik orang hitam tersebut. Martha berencana untuk menggugurkannya, tapi aku masih mengharapkan keberuntungan, mungkin anak yang dikandungnya adalah bayi kami. Begitulah, kami ketakutan menunggu beberapa bulan. Maret 1993, Martha melahirkan bayi perempuan, dan ia berkulit hitam. Kami begitu putus asa, pernah terpikir untuk mengirim sang anak ke panti asuhan. Tapi mendengar suara tangisnya, kami sungguh tak tega. Terlebih lagi bagaimanapun Martha telah mengandungnya, ia juga merupakan sebuah nyawa.

Aku dan Martha merupakan warga Kristen yang taat, pada akhirnya kami memutuskan untuk memeliharanya, dan memberinya nama Monika.

Mata Dr. Adely juga digenangi air mata, pada akhirnya ia memahami kenapa bagi kedua suami istri tersebut kembali mengandung anak merupakan hal yang sangat mengkuatirkan. Ia berpikir sambil mengangguk-anggukkan kepala berkata Memang jika demikian, kalian melahirkan 10 anak sekalipun akan sulit untuk mendapatkan donor yang cocok untuk Monika.

Beberapa lama kemudian, ia memandang Martha dan berkata Kelihatannya, kalian harus mencari ayah kandung Monika. Barangkali sumsum tulangnya, atau sumsum tulang belakang anaknya ada yang cocok untuk Monika. Tetapi, apakah kalian bersedia membiarkan ia kembali muncul dalam kehidupan kalian ?

Martha berkata : “Demi anak, aku bersedia berlapang dada memaafkannya. Bila ia bersedia muncul menyelamatkannya. Aku tak akan memperkarakannya. Dr. Adely merasa terkejut akan kedalaman cinta sang ibu. Berita pencarian yang istimewa ini mengakibatkan banjir pedonor sumsum tulang belakang.

Terlebih lagi lewat waktu begitu lama, mau mencari sang pemerkosa di mana Martha dan Peterson mempertimbangkannya baik-baik, sebelum akhirnya memutuskan memuat berita pencarian ini di koran dengan menggunakan nama samaran. November 2002, di koranWayeli termuat berita pencarian ini, seperti yang digambarkan sebelumnya. Berita ini memohon sang pelaku pemerkosaan waktu itu berani muncul, demi untuk menolong sebuah nyawa seorang anak perempuan penderita leukimia !

Begitu berita ini keluar, tanggapan masyarakat begitu menggemparkan. Kotak surat dan telepon Dr. Adely bagaikan meledak saja, kebanjiran surat masuk dan telepon, orang-orang terus bertanya siapakah wanita ini Mereka ingin bertemu dengannya, berharap dapat memberikan bantuan padanya. Tetapi Martha menolak semua perhatian mereka, iatak ingin mengungkapkan identitas sebenarnya, lebih tak ingin lagi identitas Monika sebagai anak hasil pemerkosaan terungkap.

Saat ini juga seluruh media penuh dengan diskusi tentang bagaimana cerita ini berakhir. (surat kabar Roma) Komentar dengan topik : Orang hitam itu akan munculkah ? Jika orang hitam ini berani muncul, akan bagaimanakah masyarakat kita sekarang menilainya Akankah menggunakan hukum yang berlaku untuk menghakiminya Haruskah ia menerima hukuman dan cacian untuk masa lalunya, ataukah ia harus menerima pujian karena keberaniannya hari ini ? (Surat kabar Wayeli) manulis topik Bila Anda orang berkulit hitam itu, apa tindakan yang Anda lakukan? sebagai bahan diskusi. Dan menarik berbagai pendapat akan sulitnya berada di dua pilihan ini. Bagian penjara setempat terus berupaya membantu Martha, memberikan laporan terpidana hukuman pada tahun 1992 pada RS. Dikarenakan jumlah orang berkulit hitam di kota ini hanya sedikit, maka dalam 10 tahun terakhir ini juga hanya sedikit jumlah terhukum berkulit hitam. Mereka berkata pada Martha : Sekalipun beberapa orang bukanlah terhukum karena tindak perkosaan, tapi mungkin beberapa juga menemui hal seperti ini.

Beberapa orang ini juga sebagian telah keluar penjara, sebagian lainnya masih berada di dalam penjara. Martha dan Peterson menghubungi beberapa orang ini, begitu banyak terpidana waktu itu yang bersungguh-sungguh dan antusias untuk memberikan petunjuk.

Tapi sayangnya, mereka semua bukanlah orang hitam yang memperkosanya waktu itu. Tak lama kemudian, kisah Martha menyebar ke seluruh rumah tahanan, tak sedikit terpidana yang tergerak karena kasih ibu ini, tak peduli mereka berkulit hitam maupun berkulit putih, mereka semua bersukarela mendaftar untuk menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang, berharap dapat mendonorkannya untuk Monika. Tapi tak satupun pedonor yang memenuhi kriteria di antara mereka.

Berita pencarian ini mengharukan banyak orang, tak sedikit orang yang bersukarela untuk menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang, untuk mengetahui apakah dirinya memenuhi kriteria. Para sukarelawan semakin lama semakin bertambah, di Wayeli timbullah wabah untuk mendonorkan sumsum tulang belakang.

Hal yang mengejutkan adalah kesediaan para sukarelawan ini menyelamatkan banyak penderita leukimia lainnya, sayangnya Monika tak termasuk diantara mereka yang beruntung. Martha dan Peterson menantikan dengan panik kemunculan si kulit hitam. Akhirnya dua bulan telah lewat, orang ini tak muncul-muncul juga. Dengan tidak tenang, mereka mulai berpikir,mungkin orang hitam itu sudah telah meninggalkan dunia ini Mungkin ia telah meninggalkan jauh-jauh kampung halamannya. Sudah sejak lama tak berada di Itali. Mungkin ia tak bersedia merusak kehidupannya sendiri, tak ingin muncul.

Tapi tak peduli bagaimanapun, asalkan Monika hidup sehari lagi, mereka tak rela untuk melepaskan harapan untuk mencari orang hitam itu. Disaat sebuah jiwa merana tak menentu, harapan selalu disaat keputusasaan melanda kembali muncul.

Saat itu berita pencarian juga muncul di Napulese, memporakporandakan perasaan seorang pengelola toko minuman keras berusia 30 tahun. Ia seorang kulit hitam, bernama Ajili. 17 Mei 1992 waktu itu, ia memiliki lembaran tergelam merupakan mimpi terburuknya di malam berhujan itu. Ia adalah sang peran utama dalam kisah ini. Tak seorangpun menyangka, Ajili yang sangat kaya raya itu, pernah bekerja sebagai pencuci piring panggilan. Dikarenakan orang tuanya telah meninggal sejak iamasih muda, ia yang tak pernah mengenyam dunia pendidikan terpaksa bekerja sejak dini. Ia yang begitu pandai dan cekatan, berharap dirinya sendiri bekerja dengan giat demi mendapatkan sedikit uang dan penghargaan dari orang lain. Tapi sialnya, bosnya merupakan seorang rasialis, yang selalu mendiskriminasikannya.

Tak peduli segiat apapun dirinya, selalu memukul dan memakinya. 17 Mei 1992, merupakan ulang tahunnya ke 20, ia berencana untuk pulang kerja lebih awal merayakan hari ulang tahunnya. Siapa menyangka, ditengah kesibukan ia memecahkan sebuah piring. Sang bos menahan kepalanya, memaksanya untuk menelan pecahan piring. Ajili begitu marah dan memukul sang bos, lalu berlari keluar meninggalkan restoran. Ditengah kemarahannya ia bertekad untuk membalas dendam pada si kulit putih. Malam berhujan lebat, tiada seorangpun lewat, dan di parkiran ia bertemu Martha. Untuk membalaskan dendamnya akibat pendiskriminasian, ia pun memperkosa sang wanita yang tak berdosa ini.

Tapi selesai melakukannya, Ajili mulai panik dan ketakutan. Malam itu juga ia menggunakan uang ulang tahunnya untuk membeli tiket KA menuju Napulese, meninggalkan kota ini. Di Napulese, ia bertemu keberuntungannya. Ajili mendapatkan pekerjaan dengan lancar di restoran milik orang Amerika. Kedua pasangan Amerika ini sangatlah mengagumi kemampuannya, dan menikahkannya dengan anak perempuan merka, Lina, dan pada akhirnya juga mempercayainya untuk mengelola toko mereka. Beberapa tahun ini, iayang begitu tangkas, tak hanya memajukan bisnis toko minuman keras ini, ia juga memiliki 3 anak yang lucu.

Dimata pekerja lainnya dan seluruh anggota keluarga, Ajili merupakan bos yang baik, suami yang baik, ayah yang baik. Tapi hati nuraninya tetap membuatnya tak melupakan dosa yang pernah diperbuatnya.

Ia selalu memohon ampun pada Tuhan dan berharap Tuhan melindungi wanita yang pernah diperkosanya, berharap ia selalu hidup damai dan tentram. Tapi ia menyimpan rahasianya rapat-rapat, tak memberitahu seorangpun. Pagi hari itu, Ajili berkali-kali membolak-balik koran, ia terus mempertimbangkan kemungkinan dirinyalah pelaku yang dimaksud. Sedikitpun ia tak pernah membayangkan bahwa wanita malang itu mengandung anaknya, bahkan menanggung tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga anak yang awalnya bukanlah miliknya.

Hari itu, Ajili beberapa kali mencoba menghubungi no. Telepon Dr. Adely. Tapi setiap kali, belum sempat menekan habis tombol telepon, ia telah menutupnya kembali. Hatinya terus bertentangan, bila ia bersedia mengakui semuanya, setiap orang kelak akan mengetahui sisi terburuknya ini, anak-anaknya tak akan lagi mencintainya, ia akan kehilangan keluarganya yang bahagia dan istrinya yang cantik. Juga akan kehilangan penghormatan masyarakat disekitarnya. Semua yang ia dapatkan dengan ditukar kerja kerasnya bertahun-tahun. Malam itu, saat makan bersama, seluruh keluarga mendiskusikan kasus Martha. Sang istri, Lina berkata :
“Aku sangat mengagumi Martha. Bila aku diposisinya, aku tak akan memiliki keberanian untuk memelihara anak hasil perkosaan hingga dewasa. Aku lebih mengagumi lagi suami Martha, ia sungguh pria yang patut dihormati, tak disangka ia dapat menerima anak yang demikian”. Ajili termenung mendengarkan pendapat istrinya, dan tiba-tiba mengajukan pertanyaan :Kalau begitu, bagaimana kau memandang pelaku pemerkosaan itu?

Sedikitpun aku tak akan memaafkannya !!! Waktu itu ia sudah membuat kesalahan, kali ini juga hanya dapat meringkuk menyelingkupi dirinya sendiri, ia benar-benar begitu rendah, begitu egois, begitu pengecut ! Ia benar-benar seorang pengecut ! demikian istrinya menjawab dengan dipenuhi api kemarahan. Ajili mendengarkan saja, tak berani mengatakan kenyataan pada istrinya. Malam itu, anaknya yang baru berusia 5 tahun begitu rewel tak bersedia tidur, untuk pertama kalinya Ajili kehilangan kesabaran dan menamparnya. Sang anak sambil menangis berkata :”Kau ayah yang jahat, aku tak mau peduli kamu lagi. Aku tak ingin kau menjadi ayahku”. Hati Ajili bagai terpukul keras mendengarnya, ia pun memeluk erat-erat sang anak dan berkata : “Maaf, ayah tak akan memukulmu lagi. Ayah yang salah, maafkan papa ya”.

Sampai sini, Ajili pun tiba-tiba menangis. Sang anak terkejut dibuatnya, dan buru-buru berkata padanya untuk menenangkan ayahnya : “Baiklah, kumaafkan. Guru TK ku bilang, anak yang baik adalah anak yang mau memperbaiki kesalahannya. Malam itu, Ajili tak dapat terlelap, merasa dirinya bagaikan terbakar dalam neraka. Dimatanya selalu terbayang kejadian malam berhujan deras itu, dan bayangan sang wanita. Ia sepertinya dapat mendengarkan jerit tangis wanita itu. Tak henti-hentinya ia bertanya pada dirinya sendiri : “Aku ini sebenarnya orang baik, atau orang jahat ?” Mendengar bunyi napas istrinya yang teratur, ia pun kehilangan seluruh keberaniannya untuk berdiri. Hari kedua, ia hampir tak tahan lagi rasanya. Istrinya mulai merasakan adanya ketidakberesan pada dirinya, memberikan perhatian padanya dengan menanyakan apakah ada masalah Dan ia mencari alasan tak enak badan untuk meloloskan dirinya. Pagi hari di jam kerja, sang karyawan menyapanya ramah : “Selamat pagi, manager !” Mendengar itu, wajahnya tiba-tiba menjadi pucat pasi, dalam hati dipenuhi perasaan tak menentu dan rasa malu. Ia merasa dirinya hampir menjadi gila saja rasanya.

Setelah berhari-hari memeriksa hati nuraninya, Ajili tak dapat lagi terus diam saja, iapun menelepon Dr. Adely. Ia berusaha sekuat tenaga menjaga suaranya supaya tetap tenang : “Aku ingin mengetahui keadaan anak malang itu. Dr. Adely memberitahunya, keadaan sang anak sangat parah. Dr. Adely menambahkan kalimat terakhirnya berkata :”Entah apa ia dapat menunggu hari kemunculan ayah kandungnya. Kalimat terakhir ini menyentuh hati Ajili yang paling dalam, suatu perasaan hangat sebagai sang ayah mengalir keluar, bagaimanapun anak itu juga merupakan darah dagingnya sendiri ! Ia pun membulatkan tekad untuk menolong Monika. Ia telah melakukan kesalahan sekali, tak boleh kembali membiarkan dirinya meneruskan kesalahan ini.

Malam hari itu juga, ia pun mengobarkan keberaniannya sendiri untuk memberitahu sang istri tentang segala rahasianya. Terakhir ia berkata : “Sangatlah mungkin bahwa aku adalah ayah Monika, Aku harus menyelamatkannya Lina sangat terkejut, marah dan terluka, mendengar semuanya, ia berteriak marah :”Kau PEMBOHONG !”

Malam itu juga iamembawa ketiga anak mereka, dan lari pulang ke rumah ayah ibunya. Ketika ia memberitahu mereka tentang kisah Ajili, kemarahan kedua suami-istri tersebut dengan segera mereda. Mereka adalah dua orang tua yang penuh pengalaman hidup, mereka menasehatinya :”Memang benar, kita patut marah terhadap segala tingkah laku Ajili di masa lalu. Tapi pernahkah kamu memikirkan, ia dapat mengulurkan dirinya untuk muncul, perlu berapa banyak keberanian besar.

Hal ini membuktikan bahwa hati nuraninya belum sepenuhnya terkubur. Apakah kau mengharapkan seorang suami yang pernah melakukan kesalahan tapi kini bersedia memperbaiki dirinya Ataukah seornag suami yang selamanya menyimpan kebusukan ini didalamnya ?” Mendengar ini Lina terpekur beberapa lama. Pagi-pagi di hari keuda, ia langsung kembali ke sisi Ajili, menatap mata sang suami yang dipenuhi penderitaan, Lina menetapkan hatinya berkata :”Ajili, pergilah menemui Dr. Adely ! Aku akan menemanimu !”

3 Februari 2003, suami istri Ajili, menghubungi Dr. Adely. 8 Februari, pasangan tersebut tiba di RS Elisabeth, demi untuk pemeriksaan DNA Ajili. Hasilnya Ajili benar-benar adalah ayah Monika. Ketika Martha mengetahui bahwa orang hitam pemerkosanya itu pada akhirnya berani memunculkan dirinya, ia pun tak dapat menahan air matanya. Sepuluh tahun ini ia terus memendam dendam kesumat terhadap Ajili, namun saat ini ia hanya dipenuhi perasaan terharu. Segalanya berlangsung dalam keheningan. Demi untuk melindungi pasangan Ajili dan pasangan Martha, pihak RS tidak mengungkapkan dengan jelas identitas mereka semua pada media, dan juga tak bersedia mengungkapkan keadaan sebenarnya, mereka hanya memberitahu media bahwa ayah kandung Monika telah ditemukan.

Berita ini mengejutkan seluruh pemerhati berita ini. Mereka terus-menerus menelepon, menulis surat pada Dr. Adely, memohon untuk dapat menyampaikan kemarahan mereka pada orang hitam ini, sekaligus penghormatan mereka padanya. Mereka berpendapat :”Barangkali ia pernah melakukan tindak pidana, namun saat ini ia seorang pahlawan !”

10 Februari, kedua pasangan Martha dan suami memohon untuk dapat bertemu muka langsung dengan Ajili. Awalnya Ajili tak berani untuk menemui mereka, namun pada permohonan ketiga Martha, iapun menyetujui hal ini. 18 Februari, dalam ruang tertutup dan dirahasiakan di RS, Martha bertemu langsung dengan Ajili.

Ajili baru saja memangkas rambutnya, saat ia melihat Martha, langkah kakinya terasa sangatlah berat, raut wajahnya memucat. Martha dan suaminya melangkah maju, dan mereka bersama-sama saling menjabat tangan masing-masing, sesaat ketiga orang tersebut diam tanpa suara menahan kepedihan, sebelum akhirnya air mata mereka bersama-sama mengalir. Beberapa waktu kemudian, dengan suara serak Ajili berkata : “Maaf. . .mohon maafkan aku !” Kalimat ini telah terpendam dalam hatiku selama 10 tahun. Hari ini akhirnya aku mendapat kesempatan untuk mengatakannya langsung kepadamu. Martha menjawab :”Terima kasih kau dapat muncul. Semoga Tuhan memberkati, sehingga sumsum tulang belakangmu dapat menolong putriku”.

19 Februari, dokter melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang Ajili. Untungnya, sumsum tulang belakangnya sangat cocok bagi Monika Sang dokter berkata dengan antusias : “Ini suatu keajaiban !”

22 Februari 2003, sekian lama harapan masyarakat luas akhirnya terkabulkan. Monika menerima sumsum tulang belakang Ajili, dan pada akhirnya Monika telah melewati masa kritis. Satu minggu kemudian, Monika boleh keluar RS dengan sehat walafiat. Martha dan suami memaafkan Ajili sepenuhnya, dan secara khusus mengundang Ajili dan Dr. Adely datang ke rumah mereka untuk merayakannya. Tapi hari itu Ajili tidak hadir, ia memohon Dr. Adely membawa suratnya bagi mereka. Dalam suratnya ia menyatakan penyesalan dan rasa malunya berkata :“Aku tak ingin kembali mengganggu kehidupan tenang kalian. Aku berharap Monika berbahagia selalu hidup dan tumbuh dewasa bersama kalian. Bila kalian menghadapi kesulitan bagaimanapun, harap hubungi aku, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu kalian”. Saat ini juga, aku sangat berterima kasih pada Monika, dari dalam lubuk hatiku terdalam, dialah yang memberiku kesempatan untuk menebus dosa. Dialah yang membuatku dapat memiliki kehidupan yang benar-benar bahagia di separoh usiaku selanjutnya. Ini adalah hadiah yang ia berikan padaku !
sumber di sini

Ponsel Cerdas, Tablet PC, Apa Lagi?




Maraknya produksi tablet PC dalam dua tahun terakhir membuat persaingan industri perangkat digital semakin ramai. Cepat atau lambat, tablet PC akan menjadi tren dalam komunikasi modern.

Keberadaan tablet PC sebetulnya sudah dimulai lebih dari lima tahun lalu. Sabak digital, demikian istilah untuk tablet PC ini, waktu itu juga sudah menggunakan teknologi layar sentuh seperti sekarang. Akan tetapi, teknologi lainnya tidak jauh lebih menggiurkan dibandingkan komputer notebook sehingga konsumen pun enggan beralih ke tablet PC.

"Tablet PC itu harus ada unsur fun, menyenangkan. Dengan begitu, orang akan lebih suka membawanya ke mana-mana," kata Product Manager Samsung Galaxy Tab PT Samsung Electronics Indonesia (PT SEIN) Adinda Nesvia di sela-sela acara Samsung Media Trip di Seoul, Korea Selatan, akhir pekan lalu.

Faktor mobilitas tinggi dan memenuhi hasrat konsumen itulah yang kini dikejar oleh produsen tablet PC mana pun termasuk Samsung. Vice President Global Marketing Telecommunications Division Samsung Electronics Younghee Lee mengatakan, cepat atau lambat setiap orang dengan mobilitas tinggi memerlukan tablet PC, bergantung pada gaya hidup dan kebutuhannya.

Lee menegaskan, keberadaan ponsel cerdas (smartphone) sebetulnya sudah cukup menjawab kebutuhan dasar berkomunikasi, antara lain pengiriman/penerimaan surat elektronik dan selancar internet. Fungsi hiburan seperti menonton video dan games juga menjadi fitur tak terpisahkan dari smartphone.

"Tapi mengapa (memakai) tablet PC? Karena tablet PC memberikan pengalaman berbeda. Layarnya lebih besar sehingga lebih mudah menikmati tontonan, fiturnya juga lebih canggih," kata Lee dalam jumpa pers terbatas di pabrik Samsung di Suwon, Korea Selatan, Kamis (19/5/2011).

Itu sebabnya Samsung begitu agresif membidik pasar tablet PC. Samsung Galaxy Tab 7 yang diluncurkan di Indonesia pada September 2010 kini telah merebut 71 persen pasar tablet PC di Tanah Air. Kini PT SEIN sudah ambil ancang-ancang untuk memasarkan varian terbaru Galaxy Tab, yakni Galaxy Tab berlayar 10,1 inci dan 8,9 inci.

"Tidak hanya itu, kami juga mengembangkan layanan dan isi, kami mengembangkan semua hub seperti e-Reading dan social hub. Industri mobile bertransformasi ke smartphone dan kami perlu melakukannya secara cepat, tidak hanya soal hardware, tapi juga software," ujar Younghee Lee.

Bergerak cepat

Semua varian Galaxy Tab tersebut menggunakan sistem operasi Android buatan Google. Kondisi ini membuat Samsung mau tak mau harus terus mengikuti perubahan yang dibuat oleh Google pada sistem operasi open source tersebut. Di saat yang sama, Samsung juga dituntut untuk responsif terhadap perubahan perilaku konsumennya, termasuk dalam hal desain produk.

"Jika produk yang kami buat nantinya akan menjadi flagship (unggulan), kami bisa saja melibatkan banyak orang dalam tim untuk mendesainnya," kata Jinsoo Kim selaku Principal Designer Design Group Mobile Communication Samsung Electronics.

Perubahan-perubahan itu bisa terjadi setiap saat bergantung pada kondisi pasar dan Samsung bekerja cepat untuk merespons hal tersebut. Samsung Galaxy Tab 10,1, misalnya, mengalami transformasi desain hanya dalam waktu dua bulan sejak diperkenalkan pertama kali di Barcelona, Spanyol, Februari lalu. Waktu itu, varian ini masih didesain dengan ketebalan 10,6 mm. Nyatanya, produk tersebut kini dipertipis hingga menjadi 8,6 mm saja.

Jinsoo Kim mengatakan, Samsung bisa saja membuatnya lebih tipis lagi, tapi hal itu harus mempertimbangkan fungsi dan kenyamanan penggunaannya. Yang pasti, setiap perubahan itu harus disesuaikan dengan selera pasar, cocok dengan penggunaannya secara luas di berbagai bidang, dan pas untuk beragam konsumen dengan berbagai kebutuhan.

"Kami ingin menjadi pemimpin dalam industri ini dan menciptakan produk-produk bagus. Kami yakin kami dapat memberikan semua produk yang dibutuhkan, tapi kami belum dapat membocorkannya sekarang," ujar Younghee Lee.

Melihat ambisi Samsung untuk menguasai pasar tablet PC ini, akan sangat menarik untuk melihat perkembangan tablet PC di masa datang. Indonesia sebagai salah satu pasar terbesar Samsung di Asia Tenggara sudah barang tentu akan menikmati evolusi teknologi perangkat mobile tersebut. Juga menjadi menarik ketika konsumen disuguhi banyak pilihan tablet PC lain, entah itu yang berbasis Android atau sistem operasi khusus yang dibuat oleh produsen perangkat tersebut.
sumber disini

Wednesday, May 25, 2011

Listrik dari Gelombang Laut Menjanjikan



KOMPAS.com — Gelombang laut dan bandul lonceng menjadi inspirasi Zamrisyaf. Periset pada Divisi Penelitian dan Pengembangan PT PLN (Persero) ini merancang pembangkit listrik dengan energi gelombang laut yang menggerakkan bandul, kemudian diubah menjadi energi penggerak roda gila dan turbin listrik.

"Teknologi ini sudah mendapatkan hak paten dan siap dikomersialkan," kata Zamrisyaf, Kamis (19/5/2011) di Jakarta. Zamrisyaf mendaftarkan teknologi pembangkit listrik tenaga gelombang laut-sistem bandulan (PLTGL-SB) untuk mendapatkan paten sejak tahun 2002.

Awalnya, Zamrisyaf menekuni bidang pembangkit listrik mikrohidro. Kemudian, suatu perjalanan dengan kapal mendatangkan inspirasi baginya untuk merancang PLTGL-SB. Pada perjalanan itu, kapal diterpa badai dengan gelombang laut tinggi. Kapal berayun-ayun. Lonceng kapal pun berdentang. Zamrisyaf menyimak rumah lonceng beradu dengan bandulannya.

"Gelombang laut memiliki energi yang diteruskan bandulan lonceng. Bandulan lonceng menghasilkan energi bunyi, tetapi bandulan pada PLTGL-SB rancangan saya menghasilkan listrik," kata Zamrisyaf. Ia mengutip hukum kekekalan energi bahwa energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, tetapi diubah.

Zamrisyaf mengubah energi gelombang laut menjadi energi listrik melalui perantara energi gerak bandulan yang menjadi penggerak roda gila. Pada akhirnya, roda gila menggerakkan turbin atau dinamo yang berputar dan menghasilkan listrik. (Nawa Tunggal)

Sumber : disini

Tuesday, May 24, 2011

Antara Lotus dan Teratai...

Lotus


Seroja atau lotus (Nelumbo nucifera Gaertn.) adalah spesies tumbuhan air tahunan dari genus Nelumbo yang berasal dari India. Di Indonesia tanaman ini sering kali disebut teratai (Nymphaea) walaupun sebenarnya keduanya tidak berkerabat. Seroja memiliki tangkai bunga tegak dan bunganya tidak mengapung di permukaan air, sebagaimana pada teratai. Seroja pernah dikenal dengan nama binomial Nelumbium speciosum (Willd.) atau Nymphaea nelumbo.

Tangkai berbentuk tabung yang kosong di tengahnya untuk jalan lewat udara. Daun terdapat di permukaan air, keluar dari tangkai yang berasal dari rimpang yang berada di dalam lumpur pada dasar kolam, sungai, atau rawa. Tinggi tanaman sekitar satu meter hingga satu setengah meter.

Daun tumbuh ke atas, tinggi di atas permukaan air. Daun berbentuk bundaran penuh tanpa potongan, bergelombang di bagian tepi, dengan urat daun berkumpul ke tengah daun. Diameter daun dapat mencapai 60 cm. Permukaan daun mengandung lapisan lilin sehingga air yang jatuh ke permukaan daun membentuk butiran air.

Bunga dengan diameter sampai 20 cm. berwarna putih bersih, kuning atau merah jambu, keluar dari tangkai yang kuat menjulang di atas permukaan air. Bunga mekar di bulan Juli hingga Agustus.

Ada beberapa kultivar seroja dengan bentuk dan warna bunga yang beragam. Lotus (genus Nelumbo) merupakan lambang negara India.

Teratai

Teratai (Nymphaea) adalah nama genus untuk tanaman air dari suku Nymphaeaceae. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai water-lily atau waterlily. Di Indonesia, teratai juga digunakan untuk menyebut tanaman dari genus Nelumbo (lotus). Pada zaman dulu, orang memang sering mencampuradukkan antara tanaman genus Nelumbo seperti seroja dengan genus Nymphaea (teratai). Pada Nelumbo, bunga terdapat di atas permukaan air (tidak mengapung), kelopak bersemu merah (teratai berwarna putih hingga kuning), daun berbentuk lingkaran penuh dan rimpangnya biasa dikonsumsi.

Tanaman tumbuh di permukaan air yang tenang. Bunga dan daun terdapat di permukaan air, keluar dari tangkai yang berasal dari rizoma yang berada di dalam lumpur pada dasar kolam, sungai atau rawa. Tangkai terdapat di tengah-tengah daun. Daun berbentuk bundar atau bentuk oval yang lebar yang terpotong pada jari-jari menuju ke tangkai. Permukaan daun tidak mengandung lapisan lilin sehingga air yang jatuh ke permukaan daun tidak membentuk butiran air.

Bunga terdapat pada tangkai yang merupakan perpanjangan dari rimpang. Diameter bunga antara 5-10 cm.

Teratai terdiri dari sekitar 50 spesies yang tersebar dari wilayah tropis hingga daerah subtropis seluruh dunia. Teratai yang tumbuh di daerah tropis berasal dari Mesir.
Sumber : id.Wikipedia.com

Thursday, May 19, 2011

ATHEIS PIETIS

by Aajin Sangmusafir on Wednesday, 22 September 2010 at 21:17

Tahun ini adalah tahun yang membingungkan buatku. Baru di tahun ini rasanya aku merasa musim kemarau datang hanya sesaat. Bahkan bulan Agustus yang biasanya terik menyengat, malah menjadi dingin menusuk. Apa lagi kami tinggal di kota dimana hujan turun dengan melimpah.



Setiap kali hujan, biasanya manusia cenderung ogah, mengkerut dan moody. Begitu pula dengan saya saat ini. Malam menjelang, namun hujan gerimis yang mengguyur bumi dari tadi sore masih tampak jumawa, enggan berhenti. Dan tiap kali hujan gerimis turun, aku merasakan kesenduan, keheningan dan kehilangan. Kehilangan akan seseorang yang begitu bermakna. Kehilangan yang tidak akan mampu ditebus lagi. Kehilangan akan seseorang yang begitu dirindukan. Ia bukan pacar. Ia bukan saudara atau kerabat. Ia hanya seorang yang datang sesaat dalam kehidupanku, dan menyapaku dalam caranya yang lugu, khas dan sederhana, namun dampaknya bagaikan hantaman puting beliung dalam kepalaku. Ia hanya seorang laki-laki tua sederhana.



Beginilah ceritanya:



Sekitar dua puluhan tahun lalu, ketika aku masih muda, aku senang bepergian sendiri sebagai backpacker ke kota-kota sebelah timur, seperti Jogja, Magelang, Semarang, Kediri, Malang, Surabaya, Bali, bahkan sampai Papua. Berbekal uang seadanya dan saxophone untuk mengamen aku terbiasa pergi dari rumah sampai 2 bulan lebih. Karena cara mengamenku yang agak elite, mudah bagiku untuk mendapatkan uang ala kadarnya untuk melanjutkan perjalanan atau balik ke Jakarta. Itu aku lakukan sebelum kuliah dan selama liburan semester.



Suatu waktu kakiku menyeret tubuh dan sukmaku di jalanan kota kecil Magelang. Saat itu malam hari dan hujan gerimis turun. Losmen yang aku tuju masih sekitar 500 meter lagi. Dan perut sudah keroncongan. Di jajaran sebelah kiri aku lihat hanya ada sebuah warung angkringan. Sepi pula. Sop Buntut dan Kaki Sapi Simbah. Demikian nama warung itu. Siapa nama Simbah atau si Mbah itu, tidak dituliskan. Namun aku berasumsi Si Mbah ini pasti sudah terkenal, jadi tidak perlu menuliskan lagi namanya.



Sesuai dengan nama warungnya, si pemilik memang sudah tua, kira-kira pertengahan awal 60an. Dengan sigap ia melayani pesananku. Tangannya yang ringkih dan keriput menciduk kuah sop di kuali. Sekalipun sendok sayur yang ia gunakan tidaklah panjang, tidak proporsional di bandingkan besarnya kuali kuah itu, tangannya tidak perlu merogoh sampai ke dasar. Terlihat jelas dari cara ia menciduk air kuah bahwa barang dagangannya masih banyak. Padahal ini sudah pukul 10 malam. Hujan gerimis dari tadi sore memang nampaknya tidak memberi ampun buat para pedagang angkringan ini.



Wajah pak tua ini kelihatan tegar. Ia tampak santai tapi serius dengan sesuatu yang ada di kepalanya. Aku perhatikan sesekali bibirnya bergumam dan mengucapkan sesuatu yang tidak aku pahami.



“Silahkan mas dimakan,” sambil menyodorkan pesananku di meja.



“Trima kasih, pak,” aku jawab. Tanpa banyak menunggu langsung aku lahap sop kaki sapi ini.



Ia kembali ke tempat duduknya dan bibirnya terus mengucapkan sesuatu.

Aku jadi tertarik ingin berbincang2 dengannya.



“Pak. Kalau boleh, kenapa bapak tidak duduk di sini saja? Khan gak ada orang lagi, cuma berdua. Dari pada anteng sendiri-sendiri mendingan kita ngobrol,” undangku.



“Wah, nanti Simbah merepotkan, mas.”

“Apa yang direpotkan tokh pak?” tanyaku sampai meninggikan alis mataku, mengundangnya sekali lagi.

Ia pun akhirnya duduk di depanku.

“Mas bukan dari orang kota ini,ya? Simbah rasanya baru lihat.”

“Saya dari Jakarta, Mbah,” sekarang aku memberanikan diri menyebutnya mbah, sebagaimana ia menyebut dirinya.

“Sedang liburan mas?”

“Tidak Mbah, saya tukang ngamen. Cari duit dan pengalaman di sela-sela kuliah. Saya bawa alat tiup. Cuman malam ini saya lagi malas karena hujan,” sambil aku menunjukan hard case saxophoneku.

“Bagus sekali, mas. Jarang sekali si Mbah lihat pengamen pake saxophone.”



Lha kapan aku bilang saxophone, koq dia sudah tahu itu saxophone? Mungkin si mbah itu bukan orang udik. Mungkin di masa mudanya dia sering berdansa waltz atau cha-cha.

“Mbah sendirian berdagangnya?”

“Enggak mas, simbah ditemani istri, dan seorang laden, tapi sekarang istri saya suruh pulang dan laden sedang ada perlu dulu. Nanti sebentar lagi dia datang.”

“Malam ini hujan terus ya Mbah. Orang pada males keluar rumah.”

“Ya begitulah, mas. Daganganpun belum banyak laku. Tapi hidupkan harus tetap tabah dijalani. Sabar lan mantep aja mas.” Suaranya agak mendesah, namun tidak terkesan memelas.



“Mbah, dari tadi saya perhatikan mbah seperti sedang wiridan. Membaca asma Allah yah?” tanyaku penuh selidik.

“hahahhaha enggak mas. Mmm maksud simbah itu bukan wiridan seperti yang mas pikirkan. Koq si mas perhatian banget sih?”

“Apaan dong mbah? Kalau boleh saya tahu. Saya pikir tadi si mbah wiridan supaya minta Allah hentikan hujan atau supaya orang banyak beli hehhe.”

“Si mbah menjapa Nammo Amitabha, mas,” jawabnya agak malu.



Ternyata si Mbah ini bukan muslim, tapi seorang buddhis. Oh bodohnya aku. Ini kan Jawa Tengah bukan Kampung Makassar di Jakarta. Dan aku berada di Magelang. Tentu saja ada banyak pemeluk Buddha di kota ini.



“Oh jadi si Mbah agamanya Buddha yah? Saya kira tadi si Mbah memanggil azma Allah.”



“Ah mas, kalo masalah agama, si Mbah ini orang bodoh, jadi gak tahu apa-apa. Maklum orang kampung. Apakah si mbah ini orang Buddha? Simbah sendiri jarang ke vihara. Nanti kalau Simbah ini ngaku-ngaku orang Buddha malah mempermalukan orang-orang vihara.”



Nampaknya si pak tua ini menyembunyikan sesuatu dalam jawaban yang terkesan ditutup-tutupinya itu.



“Jadi kalau mbah memanggil-manggil Amitabha, itu gunanya untuk apa Mbah? Bukannya meminta hujan berhenti atau pembeli banyak berdatangan?” godaku. Ada sedikit rasa merendahkan dalam pertanyaanku.



Dari kecil sampai pradewasa aku dididik dalam islam militan. Guru-guru mengajiku mengajarkanku bahwa hanya islam agama yang diridhoi oleh Allah ta’ala. Agama lain sudah sesat dan palsu. Kitabnya dirubah-rubah sekehendak udel sendiri. Orang Kristen menuhankan manusia, tuhanya ada tiga, tuhan bapa, tuhan ibu dan tuhan anak. Orang Buddha dan Hindu memuja-muja patung yang mereka pahat sendiri. Pokoknya hanya ajaran islam yang luhur, murni, terakhir dan sempurna.



Waktu aku SMP aku dibawa saudara ke tanggerang melihat-lihat vihara dekat rumahnya. Banyak orang keturunan cina yang membawa buah-buahan ke depan patung. Wah bodoh sekali mereka patung koq dikasih makan buah-buahan. Tapi saudaraku yang lebih tua segera menukas, “Setidaknya tuhan mereka tidak meminta persembahan mahluk bernyawa,” katanya. Aku terlalu kecil untuk memahami makna kalimatnya. Orang-orang cina itu cuman pemuja Buddha dan Kong hucu yang tung-tung cep, alias orang2 yang muja-muji dewa dewi tunggak-tunggik kemudian nancepin hio cuman untuk minta diberkati secara material. Itulah apriori yang ada dibenakku selama ini.



“Mas, Simbah ini orang bodo, udik, dan tua, gak ngerti ajaran-ajaran Buddha dan agama. Jadi kalau si mas mau tanya ini itu, si mbah ga bisa jawab. Berapa kilo meter dari sini ada vihara mendut, mas bisa tanya tentang ajaran Buddha sama wiku-wiku di sana (orang tua ini masih menyebut biksu dengan panggilan wiku).



Tapi mas, buat Simbah, agama bukan masalah ajaran, tapi masalah laku hidup, masalah roso dan eling.

Kalau Simbah menjapa ‘nammo Amitabha’, yang artinya terpujilah Amitabha, bukan berarti memanggil-manggil dewa dari alam lain buat membantu si Mbah, tapi membuat si mbah ini selalu eling, sadar akan setiap laku, dan roso dalam sukma si mbah.



Apakah dengan Simbah memanggil Namo Amitabha, Amitabha akan datang menghentikan hujan dan mendorong para pembeli berbondong-bondong ke warung sini? tentu tidak. Sama sekali tidak terpikir demikian dalam benak si mbah. Berdagang itu ada kalanya laku, ada kalanya tidak. Itu sudah biasa mas. Hari itu ada kalanya terik ada kalanya mendung, itu sudah fitrah alam mas. Buat apa membawa-bawa nama yang suci hanya untuk kepentingan pribadi kita yang dangkal dan sempit? Hujan ini datang karena suatu sebab, dan akan berakhir karena suatu sebab. Biarkan saja terjadi atas dasar siklus alam.



Menurut umat Buddha, Buddha Amitabha itu tinggal di sebuah alam surga penuh sukacita yang bernama Sukhowati. Mereka yang memanggil-manggil namanya ketika meninggal akan dibawa ke alam itu untuk belajar menjadi seorang Buddha. Itu kata umat Buddha, tapi buat si Mbah gak percaya.”



“Lha kalau si Mbah gak percaya kenapa masih memanggil-manggilnya?” sergahku keheranan.



“Semua itu cuman cerita mas. Amitabha itu sebenarnya kita sendiri. Surga Sukhowati itu adalah tubuh kita sendiri. Ketika si mbah menjapa Nammo Amitabha, bukan berarti si mbah memanggil suatu dewa atau mahluk ilahi untuk datang mewujud di hadapan saya, sama seperti kita yang duduk berhadap-hadapan seperti ini.



Memanggil Amitabha berarti membangunkan roso, eling dan laku lampah yang mulia dalam diri kita, sehingga tubuh ini bukan untuk diri sendiri tapi untuk menjadi alat kebaikan bagi sesama, mas.



Menjapa namo Amitabha berarti menghadirkan ingatan dan kesadaran akan berartinya hidup ini dan menggugah pikiran ini untuk menjadikan kehidupan nyata kita sebagai surga sukhowati, suatu tempat agar semua mahluk mendapatkan kesempatan hidup yang layak dan jauh dari permusuhan dan kebencian.



Apa benar surga sukhowati itu ada dan kita masuki ketika si mbah nanti mati? Si mbah juga ga tau. Yang si mbah tahu itu cuma cerita. Agama itu cuman metoda, mas, bukan tujuan. Gusti Allah itu bukan seseorang yang duduk di suatu surga atau suatu zat tertentu, tapi suatu idea mulia. Menyembah gusti Allah itu artinya membangunkan diri ini agar tetap eling dan menerima hidup apa adanya dan mengusahakan yang terbaik darinya. Bukan memuja-muji suatu pribadi lain di luar diri.



Dulu waktu muda, si mbah orang yang suka memberontak dan berpikir bebas. Si mbah mempelajari ajaran-ajaran Tan Malaka, Karl Marx dan Lenin. Dan semua ini membikin si mbah analitis, gak mudah percaya dengan cerita-cerita tentang surga dan neraka. Tapi justru dengan itu si Mbah bisa dengan mudah melihat arti rohani di balik kisah-kisah indah dan menawan itu.



Diri inilah Amitabha itu. Diri inilah Avalokitesvara yang sedang berkarya di bumi. Diri inilah Buddha. Siapa yang memahami diri yang sesungguhnya ialah yang telah sadar, yang eling, yang roso nya melimpah dengan ketenangan dan kelembutan. Entah itu para wiku, ulama, pedande ataupun umat awam semua adalah sama, calon-calon sang Buddha, sang eling dalam diri ini.



Begitulah Mas, apa yang bisa si Mbah ceritakan.”



Aku tergagap-gagap mencoba memahami apa yang diulasnya. Aku tak pernah mendengar hal serupa dari guru ngaji, ulama dan da’i. Ironis sekali, justru dari seorang penjual angkringan seperti si mbah ini aku mendapatkan pelajaran berharga, sekalipun apa yang ia ajarkan harus memakan waktu bertahun-tahun agar tembok kekeraskepalaan ini bisa ditumbangkan. Namun apa yang ia ajarkan bagaikan api kecil yang membakar sumbu dalam otakku. Kelak sumbu ini akan mengantarkan si api kepada bensin yang siap dibakar.



Melihat aku yang tertegun kebingungan, si mbah berkata:



“Para agamawan, mas, seperti para penjaja yang berjualan air segar di pinggiran sungai yang jernih. Banyak dari mereka tidak rela para pembelinya menyadari bahwa air jualan itu di ambil dari sungai jernih di belakang kios mereka. Untuk itu mereka membangun kios bederet-deret panjang dan tinggi menjulang, agar para pembeli tidak menyadari kehadiran air sungai segar dan jernih di belakangnya.”



Gila. Gila. Orang tua ini seakan-akan mampu membaca isi kepalaku dan memotong jalur kebingungan dalam otakku. Aku terdiam membatu. Mau didebat gimana, dia memang benar, mau di amini gimana, aku masih terlalu kukuh dengan kecetekan cara berpikir islamku ini.



“Mas, hujannya sudah berhenti “ sapa si Mbah membangunkan lamunanku.



Waduh. Aku baru ingat. Penjaga losmen tadi pagi bilang kalau losmen akan ditutup jam 11 malam demi keamanan. Segera aku membayar jajananku dan mengucapkan beribu-ribu trimakasih kepada si Mbah telah meluangkan waktu mengobrol dan mengajariku. Aku katakan bahwa aku akan kembali ke Jakarta besok siang, tapi kalau ada waktu, aku akan kembali ke Magelang dan bersua lagi dengan si Mbah. Pak tua ini hanya tertawa renyah dan menepuk-nepuk pundakku.



“Hati-hati di jalan, Mas.”





Pemahamanku Saat Ini



Perlu bertahun-tahun bagiku untuk mengendapkan perkataan si Mbah itu ke dalam relung hatiku. Memang begitu sukar tembok fanatisme dan neurosis agama lahiriah ini untuk ditembus. Namun pengalaman itu menjadi momen pemicu dalam diriku untuk mempelajari agama dan kebatinan lewat beragam penelaahan filsafat, psikologi, budaya, dan kebatinan.



Dan pencarian ini mengantarkanku pada statement bahwa apa yang si Mbah itu cocok bagiku. Menurut telaah studi yang kulakukan secara otodidak tentang kebathinan dalam agama Buddha, aku temui bahwa Buddha Amitabha tertulis dalam kitab Amitayus Sutra. Sangat memungkinkan bahwa kitab ini ditulis oleh seorang filsuf dan Yogi Nagarjuna, kira-kira 500 tahun setelah Gautama wafat.



Dalam Samadhi yang mendalam Nagarjuna “melihat” (tolong perhatikan makna tanda petik itu) Gautama sedang mengajar murid-muridnya. Gautama menceritakan tentang adanya seorang Buddha yang bernama Amita / Amida Buddha. Buddha ini tadinya adalah seorang raja yang dipuncak kejayaannya ia malah memutuskan untuk menempuh jalan kesucian. Ketika ia mencapai kesadaran tertinggi atau manunggal dengan semesta ia digelari Amida Buddha. Amida berarti cahaya tanpa batas. Buddha berarti kesadaran, atau yang sadar. Buddha Amitabha berarti cahaya kesadaran tanpa batas. Yang berarti personifikasi dari sang ilahi itu sendiri, samudra kesadaran tanpa batas.



Dalam misinya mencerahkan umat manusia, Buddha Amitabha dibantu oleh dua orang boddhisatwa yaitu Boddhisatwa Avalokitesvara, yang bagi orang Cina di sebut Dewi Kuan Im, dan Boddhisatva Maha Stamaprapta. Avalokitesvara adalah personifikasi dari sifat kelembutan, cinta kasih, kemaharahiman, dan pengayoman alam semesta, sedangkan Maha Stamaprapta adalah personifikasi dari Kebijaksanaan.



Bagi orang yang mata bathinnya tajam, tentu saja semua ini sudah jelas, bahwa sebenarnya Amitabha Buddha itu adalah alegori perjalanan spiritual Buddha Gautama itu sendiri, yang mendesak dan mengundang si pembaca untuk menyikapi hidup ini dengan tujuan-tujuan mulia, bukan sekedar hidup dan akhirnya mati dan berharap masuk surga.



Baik itu Amitabha, Avalokitesvara dan Maha Stamaprapta adalah aspek2 mulia dalam diri kita sendiri. Amitabha mencerminkan aspek kerinduan akan kesempurnaan, Avalokitesvara mencerminkan cinta kasih, dan Maha Stamaprapta mencerminkan kebijaksanaan. Bukankah ketiga sifat ini; kerinduan akan kesempurnaan (summum bonum), Kebijasanaan (sofia), dan Cinta Kasih (agape) adalah sifat mendasar yang mewarnai mereka penempuh jalan mistik atau kebathinan?









Nagarjuna menuliskan Amitayus sutra sebagai upaya revolusioner, karena pada saat itu para biksu dari Aliran Selatan dinilai telah menjadikan jalan kebikuan sebagai pelarian kekanak-kanakan, childish escapism, dari kesumpekan hidup. Ajaran Buddha menjadi begitu dogmatis dan hanya bertumpu pada tafsir-tafsir elitis biksu saja. Sementara umat awam hanya memahami ajaran Gautama dari luarnya saja, para biksu malah disibukan dengan perbantahan dogma abstrak, winaya dan perselisihan antar sekte. Mereka sibuk dengan “nirwananya” sendiri. Adalah Nagarjuna, seorang yogi dan filsuf besar, bersama par biksu dan yogi dari utara lainnya yang membidani Aliran Utara yg nantinya disebut Mahayana, kendaraan besar. Kenapa disebut kendaraan besar? karena kesucian dan kebuddhaan bukan hanya dicapai oleh sekelompok petapa berkepala pelontos saja (calon arahat), namun oleh semua orang, pria dan wanita umat awam yang membaktikan hidupnya dalam praksis kehidupan sehari-hari (jalan kebodhisatwaan).



Diri inilah Amitabha, diri inilah Avalokitesvara, dan diri inilah Buddha, yang telah eling dalam roso yang mendalam. Itulah kata si Mbah.



Dua tahun setelah kejadian itu, ketika aku mulai memahami lebih dalam perkataan si Mbah, aku kembali menapaki jalanan kota Magelang. Aku mencari kedai angkringannya. Namun sia-sia. Tempat angkringan itu telah berganti penghuni. Si penjual baru mengatakan bahwa si Mbah telah meninggal setahun sebelumnya. Dia sendiri tidak begitu kenal dengannya dan tidak tahu dimana pusara beliau. Mengalir air mata ini. Bersama dengan menangisnya langit malam Magelang saat itu.



Satu sesal yang tak kunjung berakhir dalam diri ini, kenapa aku tak sempat bertanya nama si Mbah. Nama panggilan apakah yang cocok untuk aku sematkan padanya? Mbah Buddha? Mbah Amitabha? Rasanya tidak cocok. Mungkin yang cocok si Mbah Atheis Pietis- Sang Atheis yang Saleh.







*****





“Sopnya sudah siap, pah. Cepet dimakan mumpung lagi panas. Dari tadi koq papah cuman menatapi jendela melihat hujan saja”



Aku terbangunkan dari lamunanku oleh suara merdu istriku. Sambil menyodorkan sop buntut. Loh koq seperti kebetulan. Hujan deras, malam yang dingin dan semangkuk sop buntut panas plus nasinya.



Tanpa sadar aku bergumam, “Amitabha. Amitabha”



“Ihhhh papah bicara apa sihhhhh?” seru istriku yang keheranan.



“Oh tidak…tidak…… itu artinya mensyukuri hidup dan kesempatan hidup yang indah ini yang memperkenalkanku pada hidup yang mulia bersama seorang istri cantik yang setia.” Kataku mencari-cari alasan. Habis mau jelasin panjang lebar gimana?



“Ahhhh papah ini ada-ada saja.” Katanya.



“Ayo kita makan bersama di meja makan saja Mah, jangan di ruang kantor.”



Istriku tersenyum, mencoba menebak-nebak apa yang dari tadi ada dalam benakku ini.

Wednesday, May 11, 2011

Tugas Pemprograman

Silakan Posting Topiknya..

Monday, May 9, 2011

Tugas Web Prog (PHP)

Silakan Posting Topik Tugas PHP

Friday, May 6, 2011

Syukurilah Apapun Diri Anda Sekrang

Janganlah membandingkan diri Anda
dengan mereka yang lebih kuat
dan lebih beruntung,
karena Anda akan merasa rendah
dan meratapi ketidak-adilan dunia.

Ingatlah,

Anda akan juga dibandingkan
dengan mereka yang lebih muda
dan kurang beruntung daripada Anda,
tetapi yang berhasil menjadikan
diri mereka sendiri hebat,
sejahtera, dan anggun.

Syukurilah apa pun diri Anda sekarang,
lalu tumbuhlah dari situ.

[ Mario Teguh - November 24, 2010 ]

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More