free counters

Monday, January 23, 2012

Selamat Tahun Baru 4709 Huangdi Era | 24 Hal Yang Perlu Dan Tabu Dilakukan Disaat Imlek

Ada 24 hal yang biasa dilakukan dan tabu untuk dilakukan untuk perayaan Imlek ini seperti :kembang api , lampion , memasang kuplet , membersihkan rumah , menyapu , berkunjung dan saling soja , melepas sepatu , memberikan angpao , menangis , berhutang , keramas , potong rambut ,  berpakaian merah , benda tajam , perenungan , kertas merah dipintu , bertukar jeruk , merusak ,  membunuh , makanan imlek etc. Pembahasan dilengkapi dengan detail penjelasan dan ditambah lagi detail tambahan link yang bisa ditelusuri lebih jauh.

1. KEMBANG API DAN LAMPION
Menurut legenda , leluhur orang Tionghua ketakutan oleh mahluk bernama Nian yang bisa memakan apa saja termasuk manusia. Orang-orang yang telah ketakutan mendengar Nian kemudian menghitung kapan giliran manusia dimakan oleh Nian. Hasil perhitungan itu tepat 365 hari Nian makan manusia. Kebiasaan Nian makan di malam hari dan kembali ke sarangnya digunung ketika ayam berkokok. Hari tersebut adalah Guansha , gerbang kesialan yang disebut Nian Guan. Gerbang ini bukan gerbang yang sebenarnya tapi gerbang harafiah yang bisa diartikan sebagai ujian , hambatan . Kalau bisa luput dari hal tersebut maka disebut Guo Nian Guan yang artinya lolos dari bencana hambatan Nian.
Suatu saat , Nian mengobrak-abrik suatu kampung di daerah Jiang Nan. Hampir seluruh penduduk dilahap Nian. Tetapi ada satu rumah yang luput karena di pintu rumahnya digantung kain merah. Penghuninya adalah pengantin baru yang juga berbusana merah turut selamat bersama beberapa anak kecil yang lagi bermain api dengan membakar bambu. Nian ternyata takut dengan kain berwarna merah , suara bambu yang meledak terbakar bersama percikan api yang keluar.
Mitologi Monster Nian diperkirakan muncul di masa Chunqiu . Bunyi-bunyian yang dipakai itu untuk mengusir Nian itu bukan petasan melainkan bambu yang dibakar dan oleh sebab itu muncul sebutan baozhu atau bambu yang meledak. Ruas-ruas bambu itu mengandung udara yang kalau dibakar akan meletus. Di buku Shijing atau Kitab Nyanyian sudah disebut tingliao yang artinya bambu terbakar sampai keluar bunyi ledakan.Mitologi ini masih bertahan dalam bentuk tradisi . Orang Tionghua sekarang menggantung lampion merah, kuplet merah , menyalakan kembang api dan tetap bergadang menjelang datangnya tahun baru imlek.
Baca Juga  :
1.    http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/953-mitologi-monster-nian-dan-perayaan-imlek-
2.    http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/1659-legenda-sin-cia-xinnianchun-jie
2. KUPLET
Apa itu Kuplet atau "Sajak Berpasangan"?  .  "Sajak Berpasangan" disebut juga Yinglian 。(sajak berpasangan yang dipasang di tiang) , duizi .Dibentuk dari kombinasi dua bait atau baris kalimat yang disebut kombinasi atas dan kombinasi bawah. Bentuk dan isi kombinasi atas dan bawah memiliki aturan yang ketat 。Sajak berpasangan adalah , sebuah bentuk seni sastra yang unik , yang hanya dimiliki oleh bahasa Mandarin . Selain itu , sajak berpasangan juga semacam puisi atau sajak dengan bentuk yang khas, salah satu bentuk seni kaligrafi huruf Mandarin.
Jenis-jenis kuplet atau duilian (sajak berpasangan) dibagi berdasarkan lokasi dan tujuan pemasangannya. Misalkan chunlian (untuk tahun baru musim semi atau Chinese New Year) , yinglian (sajak yang digantung pada tiang), tanglian (dipasang pada dinding , aula , altar keluarga), shoulian (untuk ulang tahun), wanlian (untuk duka cita) , mingshenglian (ditempat terkenal atau tempat bersejarah), hangyelian (untuk usaha) dan seterusnya.
Salah satu contoh chunlian 春联 untuk tahun baru musim semi.
Baca Juga  :
1.    http://web.budaya-tionghoa.net/seni-dan-hobby/chinese-literature/1602-diskusi-seni-sajak-berpasangan-duilian?start=1
3.MEMBERSIHKAN RUMAH

Kebiasaan membersihkan rumah pada tanggal 23 - 24 itu adalah berasal dari legenda bahwa jaman dahulu itu manusia memiliki dewa yang disebut san shi shen yang mengikuti manusia bagaikan bayangan. Dewa ini adalah dewa yang rese serta suka mengadu yang tidak-tidak kepada Yu Di. Lama kelamaan image manusia di mata Yu Di ini menjadi buruk. Suatu hari San Shi Shen ini mengadu kepada Yu Di bahwa manusia itu sukanya mengutuk Yu Di serta berencana melawan kekuasaan Yu Di. Yu Di amat marah mendengar hal itu lantas membuat tanda sarang laba-laba dirumah-rumah yang hendak dibantai. Dan memerintahkan Wang Ling Guan untuk membantai manusia pada tanggal 30 dirumah-rumah yang ditandai dengan sarang laba-laba itu.
San Shi Shen amat senang dan tidak pandang bulu semua rumah ditandai dengan sarang laba-laba. Zhao Jun mendengar hal ini amat sangat terkejut dan membuat suatu rencana bahwa pada tanggal 23 -30 (hari menjemput Zhao Jun) semua rumah harus membersihkan dari segala macam kotoran dan semuarumah harus sudah bersih pada tanggal 30. Jika tidak bersih pada tanggal 30 Zhao Jun tidak akan mau datang kerumah itu.
Hal ini dilaksanakan oleh semua manusia dan ketika tanggal 30 Wang Ling Guan datang untuk memeriksa amat terkejut melihat semua rumah bersih
dan orang-orang bersembayang kepada para leluhur serta meminta perlindungan untuk tahun depan, semoga tahun yang baru membawa harapan yang baru ( Xin Nian Ru Yi). Wang Ling Guan melaporkan hal ini kepada Yu Di , membuat Yu Di marah besar dan memeriksa San Shi Shen serta menggampar mulutnya sebanyak 300 kali dan menghukumnya di penjara langit selama-lamanya.

Kebiasaan membersihkan rumah ini menurut catatan kitab kuno Lu Si Cun Qiu sudah ada sejak jaman pemerintahan Yao dan Sun. Kisah-kisah Zhao Jun mencatat perbuatan manusia juga sudah ada sejak lama. Pada masa Dinasti Ming dan Song kebiasaan mengantar Zhao Jun itu selalu disertai arak dan mengoleskan arak diseluruh rupang atau tulisan /papan dewa Zhao Jun. Dengan harapan Zhao Jun mabok dan tidak bisa melaporkan hal-hal buruk manusia dengan baik. Pada masa Dinasti Ming dan Qing itu kebiasaan berubah menjadi menorehkan madu dan mempersembahkan yang manis-manis kepada Zhao Jun.

Beberapa kisah menarik seputar hal ini . Pada masa dinasti Ming diceritakan bahwa ada satu pelajar yang hendak memperkosa pembantunya tapi untunglah sipembantu berhasil meloloskan diri. Pada saat kejadian itu istri si pelajar bermimpi ada dua orang yang sedang bercakap-cakap . Yang satu adalah Zhao Jun dan satunya adalah pembantunnya ( Zhao Jun ada dua pembantu yaitu Shan Guan dan E Guan ). Pembantunya berkata ,"Orang seperti ini perlukah kita putuskan garis keturunan atau memotong umurnya ?" Zhao Jun berkata ,"Jangan dahulu , lebih baik kita lihat saja apakah orang tersebut bisa menyesal atau tidak"
Istri sipelajar kaget dan esoknya menceritakan mimpinya kepada suaminya. Sang suami amat terkejut dan tidak menyangka perbuatan buruknya bisa dicatat oleh Zhao Jun. Seketika itu dirinya amat ketakutan dan insaf atas perbuatan buruknya, ia juga menikahkan pembantunya dengan pasangan yang cocok. Sejak hari itu pula ia banyak berbuat baik dan berusaha menjauhi kejahatan. Kemudian istrinya bermimpi lagi bertemu dengan Zhao Jun. Zhao Jun berkata ," Bersyukurlah suamimu tidak lagi melakukan perbuatan buruk serta banyak berbuat baik bahkan menikahkan pembantunya dengan pasangan yang cocok. Atas perbuatan baik ini Saya khusus melaporkan hal ini kepada Yu Di dan minta agar umur suamimu diperpanjang."

Kitab dinasti Han mencatat pada masa pemerintahan Xuan Di ada orang bernama Yin Zhi Fang melihat penampakan Zhao Jun. Yin adalah org yang miskin tapi baik hati. Ketika itu Yin amat sangat kaget dan sujud. Saat itu pula ia memotong anjing peliharaannya untuk dipersembahkan pada Zhao Jun. Zhao Jun amat terharu dan memberi rejeki kepada Yin ZhiFang sehingga Yin menjadi org yang kaya raya tapi tetap baik hati dan rajin beramal serta rendah hati.
Pada masa dinasti Qing upacara pengantaran Zhao Jun ke surga sudah amat umum bahkan cenderung berlebihan dan berbau menyogok Zhao Jun agar menceritakan hal2 yang baik saja. Zhao Jun diceritakan amat marah kepada satu keluarga yang berkelahi melulu , tidak akur sesama saudara , berlaku kejahatan , menyebar gosip yang tidak benar serta tidak mau berbuat baik , hobbynya menyogok para dewa. Zhao Jun diceritakan menampakkan diri dan mengatakan,"Tidak perduli seberapa besar persembahanmu kepadaKu , tidak perduli berapa banyak hartamu , tidak perduli seberapa tinggi kedudukanmu. Hal-hal itu tidak
akan menggoyahkan diriKu untuk mengatakan hal-hal yang sebenarnya. Perbuatan-perbuatan baik dan menghindari perbuatan-perbuatan buruk itulah persembahan untukku.  Jika kalian bisa berubah pada hari penyambutan diriKu , maka AKU akan melindungi keluarga kalian."

Dari cerita-cerita diatas , bisa kita ambil hikmahnya bahwa upacara pengantaran Zhao Jun pada tanggal 23-24 itu adalah upacara intropeksi diri kita dan pada tanggal 30 upacara penyambutan Zhao Jun adalah upacara bagi diri kita agar bisa berbuat baik lebih banyak lagi. Persembahan sederhana tapi tulus lebih berharga daripada persembahan mewah.
Membersihkan rumah , mencat dan memperbaiki rumah selama 6 hari adalah hal yang dapat dikatakan kita juga merawat rumah yang telah kita diami selama setahun itu.
Baca Juga :
1.    http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/200-seputar-imlek-dan-dewa-dapurbag1
2.    http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/201-seputar-imlek-dan-dewa-dapurbag2
3.    http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/mythology-of-china/1315-pertanyaan-mengenai-dewa-pintu
4.    http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/mythology-of-china/621-dewa-pintu
4. (JANGAN) MENYAPU
Hal yang tabu bagi aktivitas menyapu ini berkaitan dengan legenda Ru Yen. Bahkan dapat dikatakan bahwa Ru Yen inilah dewa rejeki sesungguhnya. Pada catatan Lu Yi Ji menceritakan bahwa jaman dahulu ada pedagang bernama Qi Ming yang berkenalan dengan Qing Hong Jun. Qi Ming amat menghormati Qing sehingga suatu saat Qing mengatakan akan mengabulkan satu permintaan dari Qi. Ada orang yang membisiki Qi agar Qi meminta Ru Yen (keinginan/harapan semoga terkabul).
Qing terkejut mendengar permintaan Qi ini dan Ru Yen itu sesungguhnya adalah pelayan wanita Qing. Tapi karena sudah terlanjur berjanji , maka Qing memberi Ru Yen kepada Qi.Ketika Ru Yen tinggal dirumah Qi , ternyata semua keinginan Qi terkabulkan dan akhirnya ia menjadi orang kaya yang sukses. Hingga pada saat hari sincia itu Ru Yen terlambat bangun. Qing amat marah dan hendak memukuli Ru Yen. Ru Yen amat ketakutan dan mengubah dirinya menjadi kecil kemudian bersembunyi diantara tumpukan sampah dipengki. Qi Ming memukuli pengki itu dan berteriak memanggil Ru Yen. Tapi Ru Yen tidak pernah muncul lagi. Sejak itu Qi berangsur-angsur menjadi miskin.

Kebiasaan orang-orang didaerah Kanglam atau Jiang Nan ( Su Hang) itu adalah mengikat atau merangkai uang dan menaruh dipengki kemudian berteriak memanggil Ru Yen. Walau sekarang kebiasaan memanggil-manggil nama Ru Yen tidak ada di kalangan orang-orang selatan ( Fu Jian , Guang Dong dan sekitarnya) tapi kebiasaan tidak membuang sampah keluar rumah dan tidak menyapu pada hari sincia itu masih ada. Harapannya adalah semoga Ru Yen tidak diturut terbuang bersama dengan sampah-sampah itu.

Makna atau pesan moral dari cerita ini adalah jangan berlaku kejam kepada bawahan sendiri. Seorang pedagang atau pengusaha tetap memerlukan pelayan/pembantu dalam hal usaha mencapai keinginan. Termasuk siapapun jangan kejam terhadap karyawan atau pembantu. Karena tanpa mereka juga kita tidak bisa apa-apa.
Baca Juga  :
1.    http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/taboo/1674-tabu-menyapu-di-hari-imlek-
5. BERKUNJUNG DAN SOJA.
Banyak upacara atau hari-hari perayaan tradisi dimana menekankan kepada beberapa faktor seperti berkumpulnya anggota keluarga  dan terjaganya hubungan kekerabatan keluarga , penghormatan leluhur dan makan-makan. Demikian juga pada hari Imlek. Pertama kali yang dilakukan di hari Imlek adalah memberi pai atau soja kepada sesama penghuni rumah. Yang muda terlebih dahulu pai sama yang lebih tua misalkan kakak , orangtua atau kakek-nenek jika tinggal disatu atap. Setelah itu dilanjutkan dengan kunjungan ke rumah saudara atau kerabat .
Posisi tangan yang benar untuk soja atau pai dalam konteks sikap umum dan bukan dalam konteks keagamaan , adalah:
1.    Kedua telapak tangan disatukan dan menempelkan kedua jempolnya pada tengah-tengah dada.
2.    Mengait-ngaitkan jari2 tangan kanan dan kiri, keduanya dikepalkan dan diangkat sampai batas leher.
3.    Tangan kanan dan kiri membentuk kepalan terpisah dan keduanya ditangkupkan didepan dada/sebatas leher.
4.    Tangan kiri dibungkus tangan kanan dan diangkat didepan dada/sebatas leher.
5.    Tangan kanan dibungkus tangan kiri dan diangkat didepan dada/sebatas leher.
6.    Bisa salah satu diantara diatas. Sama saja.
http://web.budaya-tionghoa.net/home/1657-24-hal-yang-perlu-dan-tabu-dilakukan-disaat-imlek
Yang benar itu adalah sikap ke lima.  Alasannya, ada makna kultural dibalik sikap tersebut, dimana tangan kanan adalah tangan yang sering berbuat kesalahan, sehingga perlu ditutupi (oleh tangan kiri) sewaktu bersoja/pai, untuk memberi penekanan kepada rasa hormat sekaligus meminta maaf atas kesalahan selama ini. Sikap kelima yang dimaksud adalah Yang Bao Yin 陽 包 陰 atau kalau memakai bahasa keseharian adalah kita semua harus memupuk sifat yang baik. Ada dua teknik soja / pai yang berbasis Konghucu dan Tao. Kalau Tao sikap soja nya ke sistem perhitungan waktu dan jalan darah. Sedangkan yang berbasis Konghucu diartikan sebagai Yin dan Yang , Ibu dan Ayah , lantas delapan jari tangan itu mengingatkan delapan sifat luhur atau Ba De. Jadi sikap soja / pai dikalangan Tionghoa tidak sesederhana jabat tangan dalam tradisi lain , mengandung pengertian yang luas secara tidak langsung mengajarkan banyak hal terhadap kita.
Aturan posisi tangan juga menunjukkan tingkat derajat kekebarabatan dan umur.  Posisi tangan dibawah  ulu hati untuk ditujukan kepada derajat yang lebih rendah  misalkan ponakan , cucu. Sedangkan posisi tangan sejajar untuk yang satu level , seperti sepupu. Posisi tangan sejajar mulut untuk ibu dan ayah, atau posisi kekerabatan yang lebih tinggi seperti paman , kakek dan seterusnya. Posisi tangan sejajar dahi adalah pai untuk dewa atau "Tuhan".
Baca Juga  :
1.    http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/adat-istiadat/523-posisi-tangan-yang-benar-untuk-soja-pai
6. MELEPAS SEPATU
Banyak upacara atau hari-hari perayaan tradisi dimana menekankan kepada beberapa faktor seperti berkumpulnya anggota keluarga  dan terjaganya hubungan kekerabatan keluarga , penghormatan leluhur dan makan-makan. Demikian juga pada hari Imlek ketika sedang berkunjung ke satu rumah , sepatu sebaiknya dilepaskan sebelum masuk kedalam rumah. Di hari Imlek ada pantangan untuk menyapu (lihat no 4) . Dan sepatu membawa kotoran dan debu , jadi sebaiknya sepatu dilepas.
7. MEMBERIKAN ANGPAO
Angpao sendiri adalah dialek Hokkian, arti harfiahnya adalah bungkusan/amplop merah. Sebenarnya, tradisi memberikan angpao sendiri bukan hanya monopoli tahun baru Imlek, melainkan di dalam peristiwa apa saja yang melambangkan kegembiraan seperti pernikahan, ulang tahun, masuk rumah baru dan lain2, angpao juga akan ditemukan.
Angpao pada tahun baru Imlek mempunyai istilah khusus yaitu "Ya Sui", yang artinya hadiah yang diberikan untuk anak2 berkaitan dengan pertambahan umur/pergantian tahun. Di zaman dulu, hadiah ini biasanya berupa manisan, bonbon dan makanan. Untuk selanjutnya, karena perkembangan zaman, orang tua merasa lebih mudah memberikan uang dan membiarkan anak2 memutuskan hadiah apa yang akan mereka beli. Tradisi memberikan uang sebagai hadiah Ya Sui ini muncul sekitar zaman Ming dan Qing. Dalam satu literatur mengenai Ya Sui Qian dituliskan bahwa anak2 menggunakan uang untuk membeli petasan, manisan. Tindakan ini juga meningkatkan peredaran uang dan perputaran roda ekonomi di Tiongkok di zaman tersebut.

Orang Tionghoa menitik beratkan banyak masalah pada simbol-simbol, demikian pula halnya dengan tradisi Ya Sui ini. Sui dalam Ya Sui berarti umur, mempunyai lafal yang sama dengan karakter Sui yang lain yang berarti bencana. Jadi, Ya Sui bisa disimbolkan sebagai "mengusir/meminimalkan bencana" dengan harapan anak2 yang mendapat hadiah Ya Sui akan melewati 1 tahun ke depan yang aman tenteram tanpa halangan berarti. Di dalam tradisi Tionghoa, orang yang wajib dan berhak memberikan angpao biasanya adalah orang yang telah menikah, karena pernikahan dianggap merupakan batas antara masa kanak2 dan dewasa. Selain itu, ada anggapan bahwa orang yang telah menikah biasanya telah mapan secara ekonomi. Selain memberikan angpao kepada anak2, mereka juga wajib memberikan angpao kepada yang dituakan.
Baca Juga  :
1.    http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/adat-istiadat/1175-mengapa-ada-tradisi-angpao-pada-tahun-baru-imlek
8. (JANGAN) MEMBERI ANGPAO UNTUK YANG BELUM MENIKAH
Mengapa orang yang belum menikah tidak boleh memberi angpao , malah mendapat angpao ? Orang yang telah menikah dalam budaya Tionghoa dianggap mereka telah mapan dan secara ekonomi lebih baik daripada mereka yang belum menikah. Juga perkembangan psikologis bagi mereka yang menikah rata2 lebih baik daripada mereka yang belum menikah. Mereka yang telah menikah dianggap telah berhasil membentuk suatu keluarga yang baru. Dan walaupun status adik , tapi jika telah menikah , kedudukannya lebih tinggi dari kakaknya yang belum menikah. Untuk itu biasanya sang adik memberi angpao kepada kakaknya. Tidak perduli berapa umur kakaknya dan tidak perduli berapa kekayaan kakaknya. Tapi hal ini tidak berlaku bagi mereka yang memiliki karyawan. Mereka yang belum menikah tapi memiliki karyawan diwajibkan memberi angpao sebesar 1 bulan gaji kepada karyawannya. Biasanya angpao untuk karyawan itu diberikan pada tgl 23 atau 24 bulan 12. Ini diutamakan sebab mereka para karyawan juga memerlukan uang untuk mempersiapkan diri menyambut Imlek.

Bagi yang belum menikah, tetap berhak menerima angpao walaupun secara umur, seseorang itu sudah termasuk dewasa. Ini dilakukan dengan harapan angpao dari orang yang telah menikah akan memberikan nasib baik kepada orang tersebut, dalam hal ini tentunya jodoh. Bila seseorang yang belum menikah ingin memberikan angpao, sebaiknya cuma memberikan uang tanpa amplop merah. Namun tradisi di atas tidak mengikat. Sekarang ini, pemberikan angpao tentunya lebih didasarkan pada kemapanan secara ekonomi, lagipula makna angpao bukan sekedar terbatas berapa besar uang yang ada di dalamnya melainkan lebih jauh adalah bermakna senasib sepenanggungan, saling mengucapkan dan memberikan harapan baik untuk 1 tahun ke depan kepada orang yang menerima angpao tadi.
Baca Juga  :
1.    http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/adat-istiadat/202-mengapa-orang-yang-belum-menikah-tidak-boleh-memberikan-angpao-
9. (JANGAN) MENANGIS
Menangis pada saat Tahun Baru diyakini berdampak negatif karena dapat menimbulkan kesialan dan membuat korbannya menangis terus-menerus sampai satu tahun ke depan. Akan tetapi, pantangan ini tidak berlaku bagi anak kecil yang menangis pada hari Imlek.
10. (JANGAN) BERKATA BURUK
Setiap orang yang merayakan Imlek sebaiknya tidak mengeluarkan kata-kata kasar, kotor atau yang bermakna buruk dan sial. Kata “empat” atau "si" juga ada baiknya dihindari karena mengandung negatif, yaitu kematian. Satu tabu lagi yang perlu dijauhi adalah menceritakan kisah kematian dan cerita hantu. Di hari Imlek , keluarga besar saling berkunjung dan rumah yang sedang dikunjungi disibukkan dengan berbagai persiapan untuk menyambut mereka. Berkata hal-hal yang buruk dirasa kurang pantas dalam suasana imlek dan juga bagi para tamu yang datang kerumah. http://web.budaya-tionghoa.net/home/1657-24-hal-yang-perlu-dan-tabu-dilakukan-disaat-imlek
11. (JANGAN) HUTANG

Lunasilah seluruh utang sebelum Imlek dan hindari meminjamkan uang pada hari itu. Jika tidak, ada kemungkinan orang tersebut akan terus dipinjami uang oleh orang lain sepanjang tahun.
12.(JANGAN) KERAMAS
Hindari mencuci rambut saat Imlek tiba karena bermakna mengusir semua keberuntungan sampai satu tahun ke depan.
13. (PRA-IMLEK) POTONG RAMBUT
Rambut adalah pemberian orangtua jadi wajib untuk dijaga. Kalau rambut tidak dipotong-potong dari kecil tentunya akan panjang sekali dan merepotkan. Jadi tetap saja rambut sebaiknya dirapihkan setahun sekali sebelum Imlek.
14. (JANGAN) BERPAKAIAN WARNA HITAM DAN PUTIH
Pakaian berwarna hitam dan putih sering dikenakan orang Tionghua pada saat berkabung dan melayat ke tempat duka , jika ada salah satu kerabat atau teman meninggal dunia. Karena itu hindari pemakaian pakaian warna hitam dan putih di saat Imlek yang semestinya berlangsung dengan penuh suka cita menyambut tahun baru.
15.BERPAKAIAN BAJU MERAH
Sejak lama, warna merah melambangkan kebaikan dan kesejahteraan di dalam kebudayaan Tionghoa. Warna merah menunjukkan kegembiraan, semangat yang pada akhirnya akan membawa nasib baik. Pakaian berwarna merah yang berarti kebahagiaan, keceriaan, dan memberi keyakinan akan adanya masa depan yang cerah.
16.(JANGAN ) MENGGUNAKAN BENDA TAJAM
Pisau atau gunting disebut-sebut dapat menjauhkan keberuntungan. Akan tetapi, hal tersebut bisa dihindari dengan menghindari penggunaan dua alat tajam itu pada saat Imlek.
17.(PRA-IMLEK) MERENUNGKAN DIRI
Malam sebelum imlek adalah malam perenungan atas apa yang telah dicapai dan juga kesalahan yang dibuat setahun ini. Inilah masanya melihat ke dalam diri dan kalau percaya ya melapor kepada "yang diatas" kalau kita itu mengaku dan berjanji akan bertobat. Inilah asal muasal tradisi mengenai dewa dapur yang telah dibahas diatas dan melaporkan kesalahan dan katanya harus disogok. Harap maklum kalau orang Tionghoa di jaman dulu banyak yang tidak mendalami filsafat, jadi dalam mengajarkan nilai-nilai luhur filsafat Tionghoa para pemuka/cendekiawan sering menciptakan legenda dan dongeng yang memang berpotensi diselewengkan seperti misalnya cerita menyogok dewa dapur dengan yang manis-manis. Sebenarnya adalah anda sendiri yang harus intropeksi diri, merenungkan pencapaian, kegagalan dan kesalahan. Masalah mau lapor ke Tian, Tuhan, Buddha, Po Sat, terserah kepercayaan masing-masing.
18.KERTAS MERAH DI PINTU
Biasanya lewat tengah malam ada tradisi menyambut dewa rejeki, ini juga sudah terdegradasi menjadi hanya sembahyangan belaka. Menyambut atau membeli dewa rejeki itu sebenarnya adalah anda itu membeli ucapan semoga dilimpahi rejeki tahun ini dari mereka-mereka yang membutuhkan sedekah yaitu para fakir miskin dan yatim piatu.
Dulu banyak orang miskin pas sincia mengunjungi satu persatu rumah mengucapkan selamat tahun baru, lalu kita memberikan sukarela dan ucapan dia dituliskan di kertas merah lalu dia menempelkan kertas merah itu di depan pintu kita. Ini baru namanya menyambut dewa rejeki, bukannya berlomba-lomba membuat rekor untuk hio terbesar , lilin terbesar.
Dimalam tahun baru kertas merah dengan huruf "rezeki" di balik posisinya sehingga artinya dao terbalik. Maknanya adalah disaat pergantian tahun baru  , Fu atau rejeki bisa berputar sesuai pergantian tahun. Artinya rejeki datang ditahun yang baru.
19.BERTUKAR JERUK
Jeruk mempunyai banyak nama sebutan di dalam bahasa Mandarin, salah satunya adalah gan ju atau gan jie. Ju dari gan ju dapat disamakan dengan ji (baik, bagus) dalam frase ji li (peruntungan baik). Tionghua di kawasan Tiongkok Selatan dan Asia Tenggara mempunyai tradisi membawa dua sampai empat jeruk mandarin ketika mereka mengunjungi kerabat dan relasi di hari Imlek. Jeruk dalam dialek Hokkian disebut sebagai kam , kiet.  Dalam dialek Cantonese , jeruk mandarin terdengar seperti emas , sehingga memberikan jeruk mandarin dianggap membawa keberuntungan bagi tuan rumah. Sebagai timbal balik , tuan rumah juga memberikan jeruk kepada tamunya.
Masalah jeruk ini sebenarnya tidak terlalu ruwet. Simbolitas di dalam kebudayaan Tionghoa itu sangat banyak jenisnya, salah satunya adalah persamaan lafal. Lafal yang sama, walaupun tidak dari karakter yang sama dapat dijadikan sebagai perlambang ini dan itu. Lagipula, hasil panen jeruk biasanya mencapai puncaknya pada musim dingin di belahan bumi utara (November - Januari). Ini menyebabkan jeruk dipandang sebagai sebuah ikon yang harus ada menyertai perayaan tahun baru Imlek. Ditambah dengan kenyataan bahwa jeruk telah dipandang sebagai buah berharga yang dapat dijadikan upeti persembahan kepada kaisar sejak lama, mulai dari Dinasti Jin (abad 4 Masehi). Tukar menukar dapat diartikan sebagai perimbangan balik, bukan cuma tahu menerima saja.
Dengan saling memberi (menukar), setiap orang akan mendapat ucapan dan pemberian peruntungan dari orang lain. Ini tergantung adat setempat, karena di banyak daerah, tidak ada tradisi tukar menukar. Biasanya hanya tamu yang berkunjung membawakan jeruk dan hadiah lainnya untuk tuan rumah. Sebagai balasannya tentu saja tuan rumah akan menjamu sang tamu.
Baca Juga  :
1.    http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/806-tradisi-bertukar-jeruk-pada-hari-imlek-

20.(JANGAN ) MERUSAK
Dalam tradisi Tionghua , tabu untuk merusak sesuatu di hari Imlek , jika dilanggar , dipercaya bisa membawa nasib buruk . Contohnya adalah memecahkan gelas dan piring.
21.(PASCA IMLEK) MAKAN TUJUH SAYUR - RENRI
Di hari ketujuh setelah Imlek disebut Renri . Ada tradisi makan sayur tujuh macam. Sayurnya bisa apa saja yang terpenting masih berwarna hijau. Tradisi ini juga melambangkan hari dimana akan diturunkannya keberuntungan kepada umat manusia dibumi. Tradisi ini merupakan tradisi lama yang berakar dari masa Dinasti Han. Tradisi ini dirayakan oleh semua Tionghua dan juga yang terpengaruh oleh budaya Tionghua seperti Korea , Jepang dan Vietnam. Tradisi ini berhubungan juga dengan tabu berikutnya di hari imlek yaitu tabu untuk membunuh.
Baca Juga  :
1.    http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/411-festival-renri-dan-tujuh-macam-sayur
22.(JANGAN ) MEMBUNUH
Menurut buku yang di tulis oleh seorang bermarga Dong dari masa dinasti Jin, dituliskan bahwa urutan penciptaan dalam mitologi penciptaan NvWa: [1] hari pertama ayam , [2] anjing ,[3] babi , [4] kambing , [5] sapi , [6] kuda , [7] manusia , [8] padi-padian
Hari ketujuh itu kemudian diperingati sebagai hari manusia atau renri. Semua manusia berulangtahun di hari itu. Terlepas dari tanggal lahir, terutama mereka-mereka yang oleh suatu sebab tidak mengetahui secara pasti tanggal kelahirannya.
Di masa kaisar Cheng dari Dinasti Han , ada satu perintah untuk melarang membunuh ayam di hari Imlek. Ini juga berkaitan dengan kepercayaan di masa Dinasti Qin - Dinasti Han tentang "tujuh hari" mencipta. [1] hari pertama ayam , [2] anjing ,[3] babi , [4] kambing , [5] sapi , [6] kuda , [7] manusia. Jadi ketika ada angin kencang itu tidak baik , misal di hari pertama , tidak baik bagi ayam.  Berhubung ke mitologi penciptaan itu, di hari-hari masing binatang, ada tradisi untuk tidak menyembelih binatang yang bersangkutan. Di hari manusia biasanya diperingati dengan makanan 7 macam, bisa itu 7 macam sayur atau 7 macam ikan atau bercampur.
入正月一日而風, 不利雞; 二日風, 不利犬; 三日風, 不利豕; 四日風, 不利羊; 五日風, 不利牛; 六日風, 不利馬; 七日風, 不利人 [Qin Daybook B - Fangmatan]
Baca Juga  :
1.    http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/411-festival-renri-dan-tujuh-macam-sayur

23.(JANGAN) MEMEGANG BARANG TERTENTU
Barang-barang yang dinilai berkonotasi negatif di saat Imlek adalah buku , menyajikan buah pir (lihat tradisi bertukar jeruk) , jam. Jadi barang-barang seperti ini sebaiknya dihindari untuk disentuh di hari Imlek.
24.MAKANAN IMLEK
Jika orang Barat mengatakan "Say it with flowers" maka orang Tionghua akan berkata "Say it with foods". Banyak upacara atau hari-hari perayaan tradisi dimana menekankan kepada beberapa faktor seperti berkumpulnya anggota keluarga  dan terjaganya hubungan kekerabatan keluarga , penghormatan leluhur dan makan-makan.  Dan dalam kehidupan sehari-hari hingga hari ini jika bersua dengan orang lain mayoritas bertanya ,"Sudah makan ?" Hadiah pemberian bagi orang lain ketika Imlek , Pek Cun , Tiong Ciu juga selalu makanan bukan hadiah lainnya. (Lihat pula bagian tradisi bertukar jeruk di bagian lain) . Dari sini kita bisa melihat bahwa budaya makan sudah mengakar ribuan
Pepatah mengatakan MIN YI SHI WEI TIAN ,  bukan berkaitan dengan Tian sebagai Tuhan atau langit. Tapi rakyat atau orang Tionghua beranggapan bahwa makanan merupakan yang terutama. Hal ini tidaklah aneh jika kita melihat penderitaan para petani atau rakyat kebanyakan selama ribuan tahun. Mereka mengutamakan masalah makan atau perut. Kaisar harus mengutamakan masalah rakyat dan masalah rakyat adalah ekonomi atau makan. Hal ini ada tercatat dalam kitab Han Shu .
Berdasarkan kepercayaan orang-orang Tionghoa yang kaya pada umumnya selalu  menyediakan 12 macam masakan dan 12 macam kue-kue yang mewakili  lambang-lambang shio yang berjumlah 12. Hidangan yang dipilih biasanya  hidangan yang mempunyai arti yang berkaitan dengan kemakmuran, panjang umur,  kebahagiaan maupun keselamatan. Walaupun demikian bagi mereka yang tidak  mampu maka cukup dengan makan mie panjang umur (siu mie) dan minum arak.
HIDANGAN UTAMA
Samseng | Saat merayakan tahun baru Imlek kebanyakan orang Tionghoa membuat Samseng  yang terdiri dari tiga jenis macam  binatang yaitu ikan bandeng, ayam betina, dan daging babi. Samseng lebih berkaitan dengan tiga alam yaitu Langit, Bumi dan Air.  Dimana karena tiga alam inilah kita bisa hidup. Dalam Buddhism yang berkembang sekarang ini, ada beberapa orang yang  mengkaitkan dengan lobha, dosa dan moha seperti yang hendak sdr.Ucup sampaikan secara tersirat. Tapi pada awalnya adalah berkaitan dengan 3 alam. Binatang yang  merepresentasikan tiga alam itu dipersembahkan kepada Yang Tertinggi  yaitu dalam konteks pandangan orang Tionghoa adalah 3 unsur alam.
Mie | Disamping itu seperti juga pada saat merayakan pesta ulang tahun ,  mie juga merupakan  satu makanan wajib, sebab mie itu melambangkan panjang umur terutama Siu Mie  atau Shou Mian = "Mie panjang umur". Mie ini harus disajikan tanpa putus dari  ujung awal ke ujung akhir jadi benar-benar merupakan satu untaian mie, sebab  dengan demikian diharapkan umur kita panjang . Walaupun demikian pada saat mau disantap mie tersebut boleh dipotong,  maklum apabila saatnya tiba toh akhirnya usia manusia tersebut akan putus  juga.
Yusheng |  Yusheng 鱼生 didasarkan pada faktor berkumpulnya anggota keluarga dan terjaganya hubungan kekerabatan karena porsi satu piring besar Yusheng bisa disantap sampai 8 orang sehingga tidak cocok untuk dimakan sendiri saja. Yusheng ini tampaknya mulai populer sebagai makanan khas imlek walau harganya cukup tinggi karena pakai bahan ikan salmon dan menunya keluar setahun sekali. Yusheng dikenal juga dengan nama Yeesang atau Lohei yang merupakan hidangan bergaya Theochew dengan bahan utama ikan yang biasanya ikan salmon. Yusheng sendiri secara literal memang berarti ikan mentah tapi pengucapannya mirip dengan yusheng yang berarti keberuntungan dan kemakmuran.  Sejarahnya dimulai dari kawasan pantai Guangzhou. Dalam perayaan festival Renri , hari manusia , hari ulang tahun bagi seluruh manusia atau hari ketujuh setelah Imlek . Urutan lengkapnya berdasarkan urutan penciptaan dalam mitologi penciptaan Nv Wa yang secara berurutan dimulai dari ayam di hari pertama - anjing - babi - kambing - sapi - kuda - manusia di hari ketujuh. Itulah latar belakang nelayang mengadakan pesta atas tangkapan ikannya. Perkembangan berikutnya dari Yusheng menjadi bentuknya yang seperti sekarang dimulai dari Chaozhou dan Shantou dimasa Dinasti Song Selatan. Bentuk Yusheng kembali mengalami perkembangan di kalangan Tionghua yang berada di semenanjung Malaya.
Kuotie | Jiaozi di kawasan Tiongkok utara dan Kuotie yang populer di kalangan Tionghua diaspora merupakan salah satu menu utama yang disajikan di hari Imlek. Bentuk makanan ini seperti uang tael , sehingga dipercaya dengan menyajikannya di hari Imlek bisa membawa kemakmuran dan keberuntungan. Menurut legenda , jenis makanan ini diciptakan oleh Zhang Zhongjing [150-219 M] seorang ahli pengobatan dimasa akhir Dinasti Han. Versi lain ada yang menyebutkan makanan tradisional ini sudah ada 1600 tahun yang lalu.
Ragam Masakan Lain |  Babi Kecap , Masakan Rebung , Opor Ayam , Jeroan , Sambel Goreng Ati-Ampla . Ini tergantung kawasan dimana Tionghua berada.
Daftar Tabu : Bubur , Paria atau Pare , Fumak. Selain makanan yang wajib disajikan ada juga makanan yang sebaiknya  dihindari atau dipantangkan seperti bubur, sebab ini melambangkan kemiskinan  atau kesusahan. Maklum pada saat musim  kelaparan di Tiongkok mereka tidak  bisa menyajikan nasi. Disamping itu makanan-makanan yang berasa pahit  seperti pare dan fumak sebaiknya ini juga dihindari sebab makanan tersebut  melambangkan kepahitan hidup.

KUE-KUEAN
Kue Keranjang | Kue ini merupakan sajian wajib di hari Imlek. Dia mendapat nama dari cetakannya yang  terbuat dari keranjang bambu . Bungkusan kue ini terbuat dari daun pisang agar lebih nikmat . Daun pisang di taruh didekat bara api atau diasapi supaya lentur , mudah dilipat dan tidak mudah sobek. Dengan daun pisang ini aroma kue keranjang bisa lebih harum.  Kue Keranjang di Tiongkok lebih dikenal sebagai Niangao yang terbuat dari nasi lengket. Niangao ini bisa dimakan sepanjang tahun , tetapi perannya menjadi sangat penting di hari Imlek. Kata "nian" 粘 berarti lengket yang bunyinya mirip dengan "nian" 年 yang artinya tahun. Kata "gao" 糕 berarti kue berbunyi mirip dengan "gao" 高 yang artinya tinggi. Oleh sebab itu kue keranjang sering  disusun tinggi atau bertingkat. Makin ke atas makin mengecil kue yang disusun itu, yang memberikan makna  peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran. Pada zaman dahulu banyaknya  atau tingginya kue keranjang menandakan kemakmuran keluarga pemilik rumah.  Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di  bagian atasnya. Ini adalah sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak  dan mekar seperti kue mangkok.Dibandingkan dodol , kue keranjang lebih tahan lama dan bisa bertahan lama. Dalam kasus tertentu , kue keranjang bisa bertahan lebih dari setahun dengan kondisi agak keras daripada sebelumnya dengan rasa yang tidak berubah.
Kue Lapis Legit | Kue wajib lainnya adalah kue lapis legit (spekkoek) sebagai pelambang  datangnya rezeki yang berlapis-lapis dan saling tumpang tindih di tahun yang  akan datang, sehingga dengan demikian bisa dapat merasakan kehidupan yang  lebih lebih manis dan lebih legit lagi. Kue lapis legit yang sering juga  disebut sebagai "Thousand Layer Cake", walaupun memang benar menggunakan  mentega dari Belanda (roomboter), tetapi orang-orang di Belanda nya sendiri,  mereka tidak mengenal kue itu. Mungkin perkataan "spek" ini diambil dari  bahasa Belanda yang berarti lapisan lemak babi (bacon = bhs Inggris), karena  bentuknya mirip spek. Menjelang Imlek , harga telur kampung di Indonesia biasanya naik drastis karena permintaan yang tinggi dari konsumen yang hendak membuat kue lapis legit berkualitas.

Kue-Kue Lain | Kue Bugis , Kue Bika Ambon , Wajik , Kue Mangkok (huatkue 發粿), Kue Ku Merah ( Angkukue ), Kue Ladu , Kue Pepe , Kue Pisang , .  Kue-kue yang disajikan pada hari raya tahun baru Imlek pada umumnya ada jauh  lebih manis daripada biasanya, sebab dengan demikian diharapkan di tahun  mendatang jalan hidup kita bisa menjadi lebih manis lagi daripada di  tahun-tahun sebelumnya.

BUAH BUAHAN
Pisang | Pisang Raja atau Pisang Emas melambangkan emas dan kemakmuran.
Jeruk Kuning | Diusahakan yang ada daunnya sebab melambangkan kemakmuran yang akan tumbuh terus.(Lihat juga bagian "Tradisi Bertukar Jeruk")
Tebu | Melambangkan kehidupan manis yang panjang.
Jeruk Bali | Jeruk Bali dalam Budaya Tionghua disediakan untuk menyambut hari Imlek. Jeruk bali sering dipakai dan juga jeruk-jeruk yang ada daunnya - sebab musim ini biasanya juga musim jeruk kalau diutara khatulistiwa. Masalah jeruk ini sebenarnya tidak terlalu ruwet. Simbolitas di dalam kebudayaan Tionghoa itu sangat banyak jenisnya, salah satunya adalah persamaan lafal. Lafal yang sama, walaupun tidak dari karakter yang sama dapat dijadikan sebagai perlambang ini dan itu. Lagipula, hasil panen jeruk biasanya mencapai puncaknya pada musim dingin di belahan bumi utara (November - Januari). Arti kata Jeruk Bali dalam bahasa Latin adalah citrus maxima atau citrus grandis yang kurang lebih berarti Jeruk Besar. Dalam bahasa Mandarin disebut Youzi 柚子 yang bermakna you 佑 atau 庇佑 perlindungan. Sebenarnya ditempat asalnya biasa dipakai pada saat Tiongciu Pia , karena pada saat itu itulah mereka berbuah , tetapi disini berbeda. Arti lainnya adalah persatuan dan berkumpulnya keluarga karena modelnya yang bulat besar.
Nanas | Secara umum buah-buah berduri seperti salak dan durian ditabukan. Nanas adalah kekecualian karena dalam bahasa Mandarin adalah Wang Li yang bunyinya mirip dengan kata "berjaya" atau mahkota raja.
Daftar Tabu : Buah-buahan yang ada durinya (kecuali nanas , lihat diatas) seperti salak dan durian.
MANISAN
Selain itu, tentu harus ada teliau 茶料 (‘manis-manis teman minum teh’), misalnya tangkue 冬瓜 (‘manisan buah beligo), angco 紅棗 (‘kurma Tiongkok), lengkeng kering, dan gula batu (3 jenis saja). kolang kaling  agar pikiran bisa menjadi jernih terus dan juga agar2 yang sebaiknya  disajikan dalam bentuk bintang agar kehidupan maupun jabatannya dimasa yang  akan datang bisa menjadi lebih terang dan bersinar.
Baca Juga  :
1.    http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/adat-istiadat/1570-makan-sebagai-salah-satu-pilar-budaya-tionghoa
2.    http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/1668-jeruk-bali-disaat-imlek-
3.    http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/seni-makanan/1670-perbedaan-kue-keranjang-dengan-dodol-
4.    http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/seni-makanan/1669-nian-gao-atau-kue-keranjang-
5.    http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/seni-makanan/1666-jiaozi-dan-kuotie
6.    http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/161-samseng-wajib-a-tiga-menu-qwajibq-sembahyangan-imlek-di-benteng-
7.    http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/1665-makna-simbolik-makanan-imlek
8.    http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/1664-menu-makanan-sembahyang-leluhur-
9.    http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/1665-makna-simbolik-makanan-imlek
10.    http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/seni-makanan/1671---hidangan-imlek-dan-makna-kebersamaan
PENUTUP
Artikel ini dibuat berdasarkan kumpulan artikel-artikel di web dan mailing-list Budaya Tionghua untuk menyambut Tahun Baru Tionghua 4708 Huangdi Era. Dengan segala keterbatasan waktu yang ada maka kami mengharapkan input , tambahan , koreksi dari anda sekalian agar tahun berikutnya bisa lebih baik lagi. Semoga berguna. Atas nama para Admin dan Moderator Group / Mailing List / Web Budaya Tionghoa mengucapkan Selamat Tahun Baru 4709 HE . Semoga di tahun Naga ini kita semua memperoleh berkah yang melimpat dan dapat melewatinya dengan baik.

Budaya-Tionghoa.Net |Mailing-List Budaya Tionghua|  Facebook Group Budaya Tionghua

About Imlek – just sharing

Tahun Baru China di Indonesia dikenal dengan istilah Tahun Baru Imlek. Kata "Imlek" berasal dari dialek bahasa Hokkian atau "Yin-Li" dalam bahasa Mandarin berarti "penanggalan bulan (lunar)", walaupun sebenarnya penanggalan gabungan bulan dan matahari (lunasolar). Kata lain yang lebih sering disebut di kalangan Tionghoa adalah “Sin Cia” yang berarti “bulan pertama yang baru”. Namun Tahun Baru Imlek di Tiongkok lebih dikenal dengan sebutan "Chun-jie" (perayaan musim semi). Kegiatan perayaan ini disebut "Guo-nian" (melewati tahun), sedang di Indonesia lebih dikenal dengan istilah "Konyan" (dialek Hakka/Keh untuk Guo-nian).

Di Indonesia orang2 Chinese merayakan Tahun Baru Imlek sebagai perayaan hari kelahiran Kong Fu-zi yang lahir pada tahun 551 SM, sehingga dengan demikian penanggalan Imlek dan penanggalan Masehi itu berselisih 551 tahun. Jika tahun Masehi saat ini 2011, maka tahun Imleknya menjadi 2011 + 551 = 2562. Jadi, patokannya adalah hari lahirnya Kong Fu-zi dianggap berjasa menghidupkan kembali ibadah yang dilakukan orang2 China pada zaman Kaisar Huang-di.

Hanya di kebanyakan negara di luar Indonesia dan Asia Tenggara seperti di China sendiri dan masyarakat “overseas Chinese” di Eropa dan AS, mereka mencatat tahun baru Imlek yang sekarang ini bukannya tahun 2562 melainkan tahun 4709 (continuously numbered years), sebab dihitung dari kelahiran Kaisar Huang-di (2698 SM), kaisar pertama yang memerintah bangsa China.

Apabila orang ingat Imlek otomatis ingat angpauw (Hokkian) atau hong-bao
(Mandarin) yang artinya amplop merah berisi uang. Angpauw ini bukan hanya
digemari oleh anak-anak saja bahkan para pejabat zaman sekarang ini juga
senang sekali mendapatkan angpauw.

Konon angpauw ini bukan hanya sekedar dapat membawa keberuntungan (hoki) saja, bahkan dipercaya dapat melindungi anak-anak dari roh2 jahat, sebab uang (Qian) secara harfiah berarti dapat "menekan kekuatan jahat" atau "Ya Sui Qian", masalahnya ada roh jahat yang bernama Sui; yang selalu hadir setahun sekali untuk mengganggu anak-anak kecil, maka dari itu di usulkan sebagai penangkal roh tersebut, sebaiknya ditaruh koin yang dibungkus dengan kertas merah sebagai tumbal di bawah bantalnya mereka. Maklum unsur api yang membakar pada warna merah dapat melindungi dari pengaruh jahat. Sama seperti kalo Dracula lihat salib begitu. (Loh, Dracula itu bukannya tentara salib?)

Menurut adat kuno, yang boleh pergi keluar bersilaturahmi di hari pertama
tahun baru Imlek, hanya kaum pria saja, tetapi sekarang adat ini sudah tidak
berlaku lagi. Dan yang kudu dikunjungi secara berturut-turut adalah orang
tua suami, setelah itu baru orang tua isteri. Lalu ke sanak keluarga
lainnya. Perlu diketahui bukan hanya orang Jawa saja yang melakukan adat
sungkem, orang Tionghoa juga demikian yang disebut tee-pai.

Tahun 2011 ini adalah tahun Kelinci Emas. Cap Ji Shio (dialek Hokkian) atau Shi Er Sheng Xiao (Mandarin) atau Chinese Horoscopes adalah kebiasaan bangsa Cina yang menetapkan tahun Imlek dengan 12 jenis binatang. Untuk semua bayi yang dilahirkan pada tanggal 03 Februari 2011 hingga tahun berikutnya akan memiliki Shio Kelinci. Kebiasaan bangsa China ini sudah bersejarah lebih 2000 tahun. Alkisah Sang Buddha memanggil binatang-binatang yang ada di hutan untuk menghadap. Dikisahkan secara berurutan ada 12 binatang yang datang menghadap Sang Buddha, yakni : Tikus, Kerbau, Macan, Kelinci, Naga (naga mana ada yah), Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, dan Babi.

Walaupun itu mungkin hanya sekedar dongengan belaka. Tetapi anehnya banyak sekali orang yang percaya bahwa nasib seseorang berhubungan erat dengan tahun kelahirannya. Oleh sebab itulah dalam soal mengambil keputusan untuk menikah, 'tahun kelahiran' ini mempunyai pengaruh yang berat. Sebagai contoh sebaiknya lelaki yang lahir pada tahun ayam tidak cocok dengan perempuan yang lahir pada tahun anjing, begitu juga dengan lelaki yang lahir pada tahun naga tidak cocok dengan perempuan yang lahir pada tahun macan.

Sedangkan makanan yang berkaitan erat dengan hari raya tahun baru Imlek
adalah kue keranjang (Nian Gao). Kata Gao (kue), berbunyi sama dengan kata Gao (tinggi) sehingga memberikan makna yang sama dengan kata "Tinggi", sedangkan kata Nian berarti "Tahun" jadi secara simbolis diharapkan jabatan maupun kemakmuran semakin tahun dapat naik semakin tinggi. Oleh sebab itulah juga di Kelenteng banyak kue kerajang yang dijadiken sesajen disusun secara bertingkat.

Kue keranjang mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang
leluhur, enam hari menjelang Tahun Baru Imlek, dan puncaknya pada malam menjelang Tahun Baru Imlek. Kue keranjang yang dijadikan sesaji sembahyang ini, biasanya dipertahankan tidak dimakan sampai Cap Go Meh (malam ke-15).

Di malam tahun baru orang-orang biasanya bersantap di rumah atau di
restoran. Setelah selesai makan malam mereka bergadang semalam suntuk dengan pintu rumah dibuka lebar-lebar agar rezeki bisa masuk ke rumah dengan
leluasa.

Di samping itu berdasarkan mitos atau dongeng Dewa yang paling bisa
mengetahui, keadaan kita di rumah adalah Dewa Dapur "Zao Wang Ye" (Ciao Ong Ya = Hokkian) sebab segala macam gosip banyak disebarluaskan pada saat sedang ngobrol (kongkow) di dapur (chatting tau gak ya?), di samping itu dari makanan yang disajikan kita bisa mengetahui keadaan keluarga tersebut, apakah mereka keluarga kaya atau miskin.

Setahun sekali sang Dewa Dapur ini pulang mudik cuti untuk sekalian laporan
ke Sorga, karena Sang Dewa Dapur ini terkesan reseh dan bawel, maka dari itu
untuk menghindar agar ia tidak memberikan laporan yang tidak benar, maka
sebaiknya mulutnya disumpal dengan "Kue Keranjang" dan manisan2 lainnya, sehingga mulutnya jadi lengket sehingga akhirnya tidak bisa banyak bicara dan kalau bicara pun pasti hanya hal yang manis-manis saja.

Oleh sebab itulah juga di atas altar dari Dewa Dapur sering diletakan kertas
dengan tulisan: "Dewa yang mulia, ceritakanlah hanya kebaikan kami saja di
langit dan bawalah berkat kembali apabila Anda turun dari langit".

Makanan lainnya yang sering disajikan menjelang Imlek adalah ikan bandeng,
sebab ikan ini melambangkan rezeki. Dalam logat Mandarin, kata Yu (ikan) sama bunyinya dengan kata Yu (rezeki).

Selain ikan bandeng yang juga kudu disuguhkan adalah jeruk kuning, yang
lazim disebut sebagai "jeruk emas" (jin ju). Kalau bisa dicarikan jeruk yang
ada daunnya sebab itu melambangkan kekayaannya akan bertumbuh terus.

Kata "jeruk" dalam bahasa Mandarin bunyinya hampir sama dengan "Da Ji",
sedangkan arti kata dari "Da Ji" itu sendiri berarti “rejeki besar”.

Sedangkan untuk buah "Apel" (Ping Guo ) mempunyai arti "ping ping an an" sama artinya dengan " Da li" yang berarti besar kesehatan dan keselamatannya dan untuk buah pear melambangkan kebahagian yang atinya " sun sun li li".

Oleh sebab itu ketiga macam buah ini selalu menghiasi meja sembahyang yang berarti " Da Ji Da Li Sun Sun Li Li" = "Besar rejeki, besar kesehatan dan keselamatannya dan besar pula kebahagiaannya".

Begitu juga dalam memberikan entah itu uang ataupun barang maupun buah-buah sebaiknya dalam kelipatan dua jadi angka genap begitu, sebab terdapat sebuah pepatah Tiongkok terkenal yang berbunyi "Hao Shi Cheng Shuang", yang secara harafiah dapat diartikan "Semua yang baik harus datang secara berpasangan".

Dan agar rezekinya tidak tersapu habis keluar, maka diwajibkan menyembunyikan sapu, karena ada pantangan di mana tidak boleh menyapu dalam rumah pada hari Imlek dan dua hari sesudahnya.

Dan sudah tentu pada hari raya Imlek sebaiknya pasang Petasan, karena ini
bisa mendatangkan keberuntungan dan perdamaian sepanjang tahun. Petasan
sudah ada sejak Dinasti Tang (618-907). Konon menjelang tahun baru Imlek
sering berkeliaran monster jahat yang bernama Guo Nien, hanya sayangnya
monster ini masih kurang sakti, sehingga selalu ngacir ketakutan apabila
mendengar bunyi mercon, apalagi kalau melihat cahaya kilat yang keluar dari
ledakan mercon tersebut.

Tahun Baru China merupakan hari raya yang paling penting dalam masyarakat China. Perayaan Tahun Baru China juga dikenal sebagai Chunjié (Festival Musim Semi / Spring Festival), Nónglì Xinnián (Tahun Baru), atau Guònián atau Sin Cia.

Di luar daratan China, Tahun Baru China lebih dikenal sebagai Tahun Baru Imlek. Kata Imlek (: Im = Bulan, lek = penanggalan) berasal dari dialek Hokkian atau Mandarinya Yinli yang berarti kalender bulan. Perayaan Tahun Baru Imlek dirayakan pada tanggal 1 hingga tanggal 15 pada bulan ke-1 kalender China yang menggabungkan perhitungan matahari, bulan, 2 energi yin-yang, konstelasi bintang atau astrologi shio, 24 musim, dan 5 unsur. (Festival Musim Semi).
Karena 1/5 penghuni bumi ini adalah orang China, maka Tahun Baru China hampir dirayakan oleh seluruh pelosok dunia di mana terdapat orang China, keturunan China atau pecinan. Banyak bangsa yang bertetangga dengan China turut merayakan Tahun Baru masing2 yang tanggalnya sama persis dengan Tahun Baru China seperti Korea, Mongolia, Vietnam, Tibet, Bhutan, dan Jepang (sebelum tahun 1873).

Khusus Jepang, orang Jepang hanya merayakan Tahun Baru pada tanggal 1 Januari setiap tahun Kalender Gregorian. Sebelum tahun 1873, tanggal Tahun Baru Jepang (正月 shōgatsu) didasarkan pada kalender bulan China, sama seperti bangsa Korea dan Vietnam merayakan tahun barunya sampai saat ini. Tahun Baru Korea yang disebut Seolnal (Hangul: 설날) yang harinya persis sama sengan hari raya Imlek.

Khusus di daratan China, Hongkong, Macau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan negara-negara yang memiliki penduduk beretnis China, Tahun Baru China dirayakan dan sebagian telah berakulturasi dengan budaya setempat. Ada juga budaya memberikan hadiah semacam parcel Imlek, angpao, dan sebagainya. Isi parcel Imlek ini tergantung si pengirim tentunya.


PERTANYAAN:
Apa perbedaan Tahun Imlek dengan Tahun Hijriyah? Khan sama2 berdasarkan “bulan”?


Selamat Tahun Baru Imlek 2562 atau 4709 ?

Sebelum membaca tulisan lebih lanjut, dalam tulisan ini, saya akan menuliskan tahun 2562 adalah Kongzi Era dan 4709 adalah Huangdi Era dan disingkat menjadi K.E dan H.E. Pada umumnya di luar negeri penyebutan kalender Tionghoa adalah kalender Xia atau Xiali. Selain itu juga sering disebut kalender kaisar Kuning atau Huangdi li dan sering disingkat menjadi Huangli. Hanya di Indonesia kalender Tionghoa disebut Imlek, yang mana ini berasal dari dialek bahasa Hokkian yang berarti kalender lunar (bulan). Inilah salah satu ciri khas Tionghoa Indonesia yang menurut saya tidak ada di kalangan perantauan Tionghoa di belahan dunia lain. Walau ada beberapa orang yang beranggapan sebutan Imlek adalah salah, saya berpendapat istilah Imlek perlu dipertahankan sebagai ciri khas etnis Tionghoa Indonesia.

Berdasarkan catatan sejarah kalender Xiali digunakan pertama kali oleh Dinasti Xia (2070 SM-1600 SM), dan sistem penanggalan yang menjadi dasar untuk penanggalan kalender Xia konon dibuat oleh kaisar purba Huangdi atau kaisar Kuning. Karena digunakan oleh Dinasti Xia, maka penanggalan yang dibuat kaisar kuning Huangdi (Yellow Emperor) disebut Xiali. Dan kita sering menyebutnya sebagai kalender atau penanggalan Imlek. Tahun Imlek 2562 ini menunjukkan pengaruh Ruisme atau yang lebih dikenal sebagai agama Kong Fu-zi. Pada masa Dinasti Qing, Kang Youwei (1858-1927), seorang reformis Ruisme menyarankan agar menggunakan Kongzi era yang dihitung dari tahun kelahiran Kongzi. Sedangkan Liu Shipei (1884-1919 ) menolak hal itu dan mengusulkan agar tahun kalender Tionghoa dihitung dari tahun kelahiran Huangdi. Yang menjadi suatu masalah adalah kapan Huangdi dilahirkan untuk dijadikan patokan perhitungan Huangdi Era. Liu Shipei memperkirakan tahun 2711 SM adalah tahun kelahiran Huangdi, jadi tahun 2011 M adalah tahun 4722 H.E. Song Jiaoren ( 1882-1913 ) memperkirakan tahun 2698 BCE adalah tahun kelahiran Huangdi, dan akhirnya banyak orang yang sepakat untuk menerima tahun 2698 SM sebagai awal Huangdi Era. Dari angka inilah sekarang tahun baru Imlek 2011 ini bisa disebut tahun baru Imlek 4709 H.E.

Huangdi Culture
Selain masyarakat luas, umat Taoism juga menyebutkan bahwa Huangdi Era adalah tahun yang digunakan oleh umat Taoisme dan mereka menyebutnya Daoli atau kalender Tao. Sebagian besar masyarakat Tionghoa di luar negeri dan umat Taoisme lebih suka menggunakan Huangdi Era karena Huangdi atau kaisar Kuning ini dalam sejarah Tiongkok dianggap sebagai bapak bangsa etnis Han (kayak orang Ibrani) atau orang Tionghoa (kayak orang Yahudi) secara umumnya. Dan para Taoist menggunakan Huangdi Era, karena dalam kepercayaan Taoisme kaisar Kuning ini adalah pembuka ajaran agama Tao.

Alasan inilah yang membuat timbulnya Huangdi Era dan Dao Era, dimana Huangdi Era dan Dao Era sama saja hanya penyebutan Dao Era atau Daoli digunakan oleh para Taoist.

Mengenai ucapan GONG XI FA CAI

Gong Xi Fa Cai
meaning: Congratulations and be prosperous
pronounced: kung si fa chai

Wan Shi Ru Yi
meaning: May everything you do works out as you wished
pronounced: wan se ru i

Xin Nian Kuai Le
meaning: Happy New Year
pronounced: sin nien khuai le

Zhu Li Meng En
meaning: God bless you
pronounced: cu li meng en

The most common Chinese ways of saying Happy New Year are Gong Xi Fa Cai (Mandarin) or Gong Hey Fat Choy (Cantonese).

Gong Xi (恭禧) is congratulations or respectfully wishing one joy.
Fa Cai (發財) is to become rich or to make money.

Thus, Gong Xi Fa Cai means wishing you to be prosperous in the coming year.

A fun way to respond to someone who greets you with Gong Xi Fa Cai is Hong Bao Na Lai, "Red envelope please!"

Gong Xi Fa Cai adalah ucapan yang sering kita dengar mendekati dan pada hari raya Imlek. Kalimat Gong Xi Fa Cai (bahasa Mandarin), Gong Hey Fat Choy (bahasa Kanton-penduduk Hongkong), Kiong Hi Huat Cai (bahasa Hokkian) berarti : "Selamat dan semoga banyak rejeki".

Berbagai festival diselenggarakan untuk memeriahkan hari raya terpenting bagi bangsa/etnis Tionghoa, salah satunya pertunjukan Tarian Barongsai / Tarian Singa yang menurut kepercayaan bangsa Tionghoa, singa merupakan lambang kebahagiaan dan kesenangan. Tarian Singa terdiri dari dua jenis utama yakni Singa Utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat. Penampilan Singa Utara kelihatan lebih natural dan mirip singa ketimbang Singa Selatan yang memiliki sisik serta jumlah kaki yang bervariasi antara dua atau empat. Kepala Singa Selatan dilengkapi dengan tanduk sehingga kadangkala mirip dengan binatang ‘Kirin’ (kayak Buraq, tapi kepalanya seperti Naga).

Gerakan antara Singa Utara dan Singa Selatan juga berbeda. Bila Singa Selatan terkenal dengan gerakan kepalanya yang keras dan melonjak-lonjak seiring dengan tabuhan gong dan tambur, gerakan Singa Utara cenderung lebih lincah dan penuh dinamika karena memiliki empat kaki.

Satu gerakan utama dari tarian Barongsai adalah gerakan singa memakan amplop berisi uang yang disebut dengan istilah ‘Lay See’. Di atas amplop tersebut biasanya ditempeli dengan sayuran selada air yang melambangkan hadiah bagi sang Singa. Proses memakan ‘Lay See’ ini berlangsung sekitar separuh bagian dari seluruh tarian Singa.

Tradisi lainnya adalah bagi-bagi angpao...biasanya amplop merah bergambar khas Imlek berisi uang dihadiahkan untuk saudara-saudara dekat yang lebih muda atau yang belum menikah.

Selain berbagai festival diselenggarakan, tentunya hari raya Imlek juga menyajikan hidangan kuliner yang khas Imlek. Pada setiap acara sembahyang Imlek, idealnya disajikan minimal 12 jenis masakan dan 12 macam kue, yang mewakili lambang-lambang shio yang berjumlah 12.

Kalau di Cina, hidangan yang wajib ada adalah siu mi (mie panjang umur) dan arak, di Indonesia, hidangan yang dipilih biasanya yang memiliki arti kemakmuran, panjang umur, keselamatan atau kebahagiaan. Kedua belas hidangan itu disusun di meja sembahyang, yang bagian depannya digantungi kain khusus yang biasanya bergambar naga berwarna merah. Pemilik rumah lalu berdoa memanggil para leluhurnya untuk menyantap hidangan yang disuguhkan.

Kue-kue yang biasa disajikan pada hari Imlek adalah :

1. Kue-kue manis, yang lebih manis dari biasanya. Penyajiannya disertai harapan semoga kehidupan di tahun mendatang jadi lebih manis.

2. Kue lapis, sebagai perlambang rezeki yang berlapis-lapis.

3. Kue mangkok dan kue keranjang, makanan yang wajib disajikan pada waktu persembahyangan menyambut datangnya tahun baru Imlek. Cara penyajiannya adalah: kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Ini simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok.

4. Lapis legit, kue nastar, kue semprit, kue mawar dan manisan kolang-kaling. Ini semua makanan yang tidak boleh dilupakan. Agar pikiran menjadi jernih, disediakan pula agar-agar yang dicetak seperti bintang, sebagai simbol kehidupan yang terang.

5. Kuaci, kacang dan permen. Camilan khas Imlek ini disajikan pada malam tahun baru, seusai makan malam. Pada saat ini, biasanya mereka bergadang semalam suntuk dengan pintu rumah dibuka lebar-lebar, supaya rezeki bisa masuk ke rumah dengan leluasa.

6. Pada beberapa keluarga, biasa juga disajikan hidangan ikan utuh, yang cara memakannya cukup unik. Ikan tidak boleh dibalik-balik. Bila sisi atasnya sudah habis, tulangnya diangkat dan barulah daging di bawahnya bisa disantap.

Tapi hidangan yang tidak boleh disajikan pada saat Imlek adalah bubur, karena bubur melambangkan kemiskinan.

Gong Xi Fa Cai, Xin Nian Kuai Le...Hong Bao Na Lai…??? (Selamat dan Sukses, Selamat Tahun Baru...Mana Ang Pao nya)


Sumber : http://murtadinkafirun.forumotion.net/t9493-about-imlek-just-sharing

Selamat Tahun Baru Imlek 2562 atau 4708 ( 2011 C.E )?

Budaya-Tionghoa.Net | Etnis Tionghoa baru saja merayakan Tahun baru Imlek, dan masyarakat Indonesia pada umumnya mengucapkan selamat tahun baru Imlek 2562. Membaca judul tulisan diatas mungkin membuat banyak pembaca menjadi bingung, kenapa judul tulisan diatas adalah “Selamat Tahun baru Imlek 2562 atau 4708 ? Sebelum membaca tulisan lebih lanjut, dalam tulisan ini, saya akan menuliskan tahun 2562 adalah Kongzi Era dan 4708 adalah Huangdi Era dan disingkat menjadi K.E dan H.E. Untuk penanggalan Masehi, saya menggunakan Common Era atau C.E.

Pada umumnya di luar negri penyebutan kalender Tionghoa adalah kalender Xia atau Xiali. Selain itu juga sering disebut kalender kaisar Kuning atau Huangdi li dan sering disingkat menjadi Huangli. Hanya di Indonesia kalender Tionghoa disebut Imlek, yang mana ini berasal dari bahasa Hokian yang berarti kalender lunar. Inilah salah satu ciri khas Tionghoa Indonesia yang menurut saya tidak ada di kalangan perantauan Tionghoa dibelahan dunia lain. Walau ada beberapa orang yang beranggapan sebutan Imlek adalah salah, saya berpendapat istilah Imlek perlu dipertahankan sebagai ciri khas etnis Tionghoa Indonesia.

Berdasarkan catatan sejarah kalender Xiali digunakan pertama kali oleh dinasti Xia (2070 BCE-1600 BCE ), dan sistem penanggalan yang menjadi dasar untuk penanggalan kalender Xia konon dibuat oleh kaisar purba Huangdi atau kaisar Kuning. Karena digunakan oleh dinasti Xia, maka penanggalan yang dibuat kaisar Kuning disebut Xiali. Dan kita sering menyebutnya sebagai kalender atau penanggalan Imlek.

Tahun Imlek 2562 ini menunjukkan pengaruh Ruism atau yang lebih dikenal sebagai agama Khonghucu. Pada masa dinasti Qing, Kang Youwei ( 1858-1927 ) , seorang reformis Ruism menyarankan agar menggunakan Kongzi era yang dihitung dari tahun kelahiran Kongzi. Sedangkan Liu Shipei (1884-1919 ) menolak hal itu dan mengusulkan agar tahun kalender Tionghoa dihitung dari tahun kelahiran Huangdi.

Yang menjadi suatu masalah adalah kapan Huangdi dilahirkan untuk dijadikan patokan perhitungan Huangdi Era.

Liu Shipei memperkirakan tahun 2711 BCE adalah tahun kelahiran Huangdi, jadi tahun 2008 CE adalah tahun 4719 H.E.

Song Jiaoren ( 1882-1913 ) memperkirakan tahun 2697 BCE adalah tahun kelahiran Huangdi, dan akhirnya banyak orang yang sepakat untuk menerima tahun 2697BCE sebagai awal Huangdi Era. Dari angka inilah sekarang tahun baru Imlek ini bisa disebut tahun baru Imlek 4708 H.E. Selain masyarakat luas, umat Taoism juga menyebutkan bahwa Huangdi Era adalah tahun yang diguanakan oleh umat Taoism dan mereka menyebutnya Daoli atau kalender Tao.

Sebagian besar masyarakat Tionghoa di luar negri dan umat Taoism lebih suka menggunakan Huangdi Era karena Huangdi atau kaisar kuning ini dalam sejarah Tiongkok dianggap sebagai bapak bangsa etnis Han atau orang Tionghoa secara umumnya. Dan para Taoist menggunakan Huangdi Era, karena dalam kepercayaan Taoism kaisar Kuning ini adalah pembuka ajaran agama Tao.Alasan inilah yang membuat timbulnya Huangdi Era dan Dao Era, dimana Huangdi Era dan Dao Era sama saja hanya penyebutan Dao Era atau Daoli digunakan oleh para Taoist. 

Belum lama ini di Tiongkok ada opini yang menentang penggunaan Huangdi Era, karena sebagian para ahli sejarah mengatakan bahwa sekarang ini sudah terbukti bahwa kebudayaan Tiongkok sudah berumur 7000 tahun, bukan 5000 tahun seperti yang diketahui oleh masyarakat awam. Tapi opini yang menentang penggunaan Huangdi Era itu gaungnya tidak luas.

Hitungan tahun diatas selain yang dikenal, ada cara hitungan lain yaitu dengan hitungan Yuan atau 1 siklus 60 jiazi. 1 siklus jiazi adalah sama dengan 60 tahun. Dimana 60 tahun itu adalah hasil penggabungan cabang Langit dan ranting bumi yang menjadi dasar perhitungan kalender Imlek.
Hitungan Yuan itu juga berpatokan pada kelahiran Huangdi, dan sekarang ini sudah memasuki Yuan yang ke 77 dan ada yang mengatakan sudah memasuki siklus ke 78. Sistem perhitungan dengan siklus jiazi ini yang membuat tahun 2008 ini disebut tahun tikus tanah.

Selain masalah tahun Kongzi era dan Huangdi Era, sering terjadi kesalahan yang lain, seperti penyebutan tahun pemerintahan sebagai nama kaisar dan juga anggapan bahwa kalender Imlek adalah kalender lunar.
Sistem tahun yang digunakan oleh orang Tionghoa jaman dahulu memang sering membingungkan orang jaman sekarang.

Sebagai contoh adalah kaisar Ming Chengzu ( 1360-1424 ), sering disebut sebagai kaisar Yongle. Saya sering melihat banyak orang yang ketika menuliskan atau membahas laksamana Zhenghe (1371-1435 ), sering menyebut atau menulis nama kaisar bernama Yongle yang memerintahkan laksamana Zheng He berlayar. Ini adalah suatu kesalahan i, karena Yongle bukan nama kaisar tapi merupakan tahun pemerintahan atau disebut nian hao. Tahun Yongle ke 1 hingga ke 23 jika dikonversikan ke kalender barat menjadi tahun 1403 sampai dengan 1424. Setelah itu nama tahun pemerintahan berganti lagi menjadi tahun pemerintahan Hongxi dan kaisarnya sudah bukan Ming Chengzu tapi kaisar Ming Renzhong..
Selain cara penghitungan berdasarkan 60 siklus jiazi, cara penghitungan tahun pemerintahan juga selama ribuan tahun digunakan oleh orang Tionghoa .
Sebutan festival musim semi atau Chunjie tidak berasal dari sebutan jaman kuno tapi dipopulerkan pada awal abad ke 20.

Pada tanggal 2 Januari 1912, Sun Yat Sen yang menjabat presiden sementara Repulik Tiongkok mengeluarkan telegram yang menetapkan bahwa Republik Tiongkok menggunakan kalender barat dan pada tanggal 13 bulan 11 tahun Xinghai 4609 H.E adalah hari berdirinya Republik Tiongkok dan selanjutnya Huangdi Era diganti dengan Republik Era.

Dan juga tanggal 1 Januari adalah perayaan tahun baru untuk menggantikan perayaan tahun baru Imlek yang sudah menjadi budaya dan tradisi orang Tionghoa di belahan dunia manapun. Inti dari telegram itu mengubah perayaan tahun baru orang Tionghoa menjadi tanggal 1 januari dan mengubah kalender orang Tionghoa.

Dengan adanya telegram ini, banyak dari jajaran pemerintah Republik Tiongkok menyebut perayaan tahun baru Imlek menjadi festival musim semi. Tapi mayoritas rakyat Tiongkok dan orang Tionghoa perantauan di seluruh dunia tetap beranggapan bahwa tanggal 1 bulan 1 penanggalan Tionghoa adalah perayaan tahun baru. Setiap tanggal tersebut ucapan selamat tahun baru tetap diucapkan dimana-mana. Upaya Sun Yatsen untuk menghapuskan perayaan tahun baru Imlek tidak berhasil sebaliknya sekarang ini perayaan Imlek semakin semarak dimanapun juga termasuk di Indonesia. Dan hingga sekarang sebutan perayaan musim semi tidak bisa menghapuskan kenyataan bahwa tanggal 1 bulan 1 Imlek adalah perayaan tahun baru orang Tionghoa.

Banyak orang yang beranggapan bahwa kalender Tionghoa adalah kalender lunar, dan penyebutan Imlek sebagai kalender Tionghoa sebenarnya kurang pas. Sistem kalender Tionghoa menggunakan perhitungan luni solar dan mengenal bulan kabisat untuk menyelaraskan perhitungan kalender yang berdasarkan garis edar bulan dengan garis edar matahari. Berdasarkan perhitungan kalender Imlek, dalam 19 tahun ada 7 bulan kabisat. Dengan adanya bulan kabisat itu maka rata-rata jumlah hari pertahun adalah 365,25 hari. Ini tidak berbeda dengan perhitungan kalender barat atau kalender Gregorian.

Dari sini kita bisa melihat ternyata tahun Imlek 2562 K.E bisa juga tahun Imlek 4708 H.E, dan menurut saya tidak menjadi masalah tahun yang manapun juga yang digunakan. Kita bisa memakai Kongzi Era maupun Huangdi Era, bahkan boleh saja tahun 4708 H.E itu disebut Dao Era.
Pada intinya kalender Imlek tetap berdasarkan perhitungan lunisolar yang dipercaya dibuat oleh Huangdi dan dipakai oleh dinasti Xia.(2070 BCE-1600 BCE ).

Xinnian Kuaile Wanshiruyi

Selamat hari raya Imlek 4708 H.E

Ardian Zhang 
Sumber : http://web.budaya-tionghoa.net/tradisi/57-festival-a-event/219-selamat-tahun-baru-imlek-2562-atau-4708-2011-ce-bagian1

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More