free counters

Wednesday, June 8, 2011

Teluk Maumere, Ikon Pariwisata Flores

Pantai di Desa Wairterang, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (19/2/2011) pagi. 

MATAHARI makin tinggi dan kemilau sinarnya kian menyengat, Sabtu (19/2/2011). Namun, Flavianus Dominggo bersama istri dan anaknya tetap bergembira menikmati indahnya atmosfer laut di Teluk Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

Flavianus, warga Desa Talibura, Kecamatan Talibura, Sikka, menunggui anaknya yang belum selesai menyantap nasi bungkus sambil bercengkerama dengan istrinya.

Sinar Matahari tak sampai menyiksa kulit ketiganya karena mereka duduk di bawah pohon rindang sambil menikmati suara deburan ombak dan panorama pantai yang tenang memukau dilatarbelakangi pemandangan gugus pulau yang hijau menjulang.

”Tempat ini memang nyaman untuk rekreasi dan sejak tahun 1990-an, seiring dengan gencarnya promosi, masyarakat Maumere makin mengenal tempat ini sebagai tempat wisata,” kata Flavianus yang kemudian pamit melanjutkan perjalanan ke desanya, sekitar 15 kilometer (km) ke arah timur.

Tempat di mana Flavianus melepas penat memang menyimpan sejarah panjang, yakni Pantai Wairterang dengan pemanis hutan bakaunya di Desa Wairterang, Kecamatan Waigete. Letaknya sekitar 31 km sebelah timur Kota Maumere.

Untuk mencapai lokasi itu tak terlalu sulit. Anda bisa menyewa mobil dari Maumere. Tarif sewa mobil (plus sopir) rata-rata Rp 50.000 per jam atau bisa juga dengan angkutan kota atau ojek.

Tak jauh dari Pantai Wairterang juga terdapat dua air terjun yang tak kalah unik, Wairhoret dan Tunaohok, serta mata air yang jernih. Itu sebabnya tak heran jika Pantai Wairterang menjadi salah satu obyek wisata bahari favorit di Sikka.

Akan tetapi, tempat wisata ini terkesan tiarap, redup kharismanya, terutama sekitar tahun 2003, setelah penghancuran Cottage Praja milik Pemerintah Kabupaten Sikka oleh warga. Di tempat itu dulu juga terdapat restoran.

Perkembangan pariwisata di Sikka khususnya Teluk Maumere, termasuk di dalamnya Pantai Wairterang, memang terkesan lambat meski promosi gencar telah dilakukan di era 1980-an oleh almarhum Frans Seda, tokoh tiga zaman, antara lain dengan membuka Hotel Sao Wisata dan biro perjalanan.

Cottage Praja, yang dibangun sekitar tahun 1995, kini tinggal puing-puing. Lokasi itu menjadi tak terawat, semak belukarnya makin tinggi.

”Masyarakat dulu mengamuk karena cottage itu terkesan menjadi semacam tempat mesum,” kata Kepala Dusun Wodong, Desa Wairterang, Makarius Rindu.

Warga umumnya menghendaki di Pantai Wairterang kembali difungsikan sebagai pasar tradisional atau pasar mingguan yang sejak dulu berlangsung setiap hari Kamis. Pasar itu muncul diperkirakan di masa kemerdekaan.

Masyarakat yang datang ke pasar tersebut untuk bertransaksi jual beli atau barter adalah para nelayan dari pulau-pulau sekitar yang menjual hasil laut serta warga dari daerah pegunungan, termasuk dari Kecamatan Talibura, desa-desa lain di Waigete, dan kawasan Geliting. Masyarakat dari gunung biasanya menjual hasil perkebunan, seperti kelapa, pisang, jagung, dan ubi kayu.

Pesanggrahan Belanda

Sejarah penting lainnya, menurut Yustina Karo (65), warga Dusun Wodong, di sekitar pasar Wairterang dulu berdiri pesanggrahan Belanda. Petugas pos masa itu yang hendak mengantar surat dari Maumere ke Larantuka biasa beristirahat di pesanggrahan tersebut.

Tak jauh dari bibir Pantai Wairterang, sekitar 31 meter, terdapat bangkai kapal Jepang, semacam kapal pengontrol dengan panjang 61 meter dan lebar 13 meter. Kapal itu tenggelam karena dibom dan diperkirakan terjadi di masa Perang Dunia II. Posisi badan kapal diperkirakan menghadap ke timur.

Kapal itu sampai saat ini menjadi rumah yang nyaman bagi ribuan jenis ikan sekaligus menjadi obyek wisata bawah laut yang sayang dilewatkan begitu saja oleh penyelam.

Dengan berbagai keunikan di Pantai Wairterang juga mengingat begitu besarnya potensi Teluk Maumere, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sikka telah memfokuskan, daerah perairan di kawasan timur Sikka itu sebagai obyek wisata unggulan kabupaten.

”Diharapkan Teluk Maumere menjadi ikon pariwisata Sikka, juga menjadi ikon lain untuk pariwisata di Flores yang sudah sangat dikenal selama ini, seperti Manggarai Barat dengan Taman Nasional Komodo, Ngada dengan Taman Laut 17 Pulau Riung, Danau Kelimutu di Ende, ziarah rohani Semana Santa di Larantuka, dan perburuan paus di Lamalera (Lembata),” kata Lukas Laga Lew,o Kepala Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sikka.

Teluk Maumere dipromosikan dengan nama Taman Laut Gugus Pulau Teluk Maumere mengingat di kawasan seluas lebih kurang 59.450 hektar, yang meliputi Kecamatan Waigete, Kewapante, dan Maumere, itu juga dikelilingi belasan pulau besar dan kecil.

Menurut Lukas, Pemkab Sikka rencananya akan membangun kembali kawasan Cottage Praja yang telah hancur, antara lain dengan tempat penginapan, restoran, pusat cendera mata, gudang penyimpanan peralatan selam wisatawan, menyiapkan kapal patroli, juga kapal bagi wisatawan untuk berkeliling (glass bottom boat) menikmati keindahan atmosfer dan taman laut teluk tersebut. Pantai Wairterang dipilih sebagai pintu utama Teluk Maumere.

”Proyeksinya, Teluk Maumere akan dikembangkan mirip dengan Taman Laut Nasional Bunaken di Sulewesi Utara. Tahun 2012 mulai beroperasi dengan alokasi anggaran dari APBD. Besar alokasi dana akan ditentukan saat pembahasan APBD 2012,” kata Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sikka Maria Vianey Daga.

Teluk Maumere tergolong taman laut yang memiliki keindahan luar biasa di Indonesia. Sedikitnya 1.200 spesies ikan hidup di perairan itu. Semoga pembangunan mendatang benar-benar mampu mengangkat daerah ini menjadi obyek wisata yang diincar wisatawan. (Samuel Oktora)Sumber Di sini

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More