Tahun Baru China di Indonesia dikenal dengan istilah Tahun Baru Imlek. Kata "Imlek" berasal dari dialek bahasa Hokkian atau "Yin-Li" dalam bahasa Mandarin berarti "penanggalan bulan (lunar)", walaupun sebenarnya penanggalan gabungan bulan dan matahari (lunasolar). Kata lain yang lebih sering disebut di kalangan Tionghoa adalah “Sin Cia” yang berarti “bulan pertama yang baru”. Namun Tahun Baru Imlek di Tiongkok lebih dikenal dengan sebutan "Chun-jie" (perayaan musim semi). Kegiatan perayaan ini disebut "Guo-nian" (melewati tahun), sedang di Indonesia lebih dikenal dengan istilah "Konyan" (dialek Hakka/Keh untuk Guo-nian).
Di Indonesia orang2 Chinese merayakan Tahun Baru Imlek sebagai perayaan hari kelahiran Kong Fu-zi yang lahir pada tahun 551 SM, sehingga dengan demikian penanggalan Imlek dan penanggalan Masehi itu berselisih 551 tahun. Jika tahun Masehi saat ini 2011, maka tahun Imleknya menjadi 2011 + 551 = 2562. Jadi, patokannya adalah hari lahirnya Kong Fu-zi dianggap berjasa menghidupkan kembali ibadah yang dilakukan orang2 China pada zaman Kaisar Huang-di.
Hanya di kebanyakan negara di luar Indonesia dan Asia Tenggara seperti di China sendiri dan masyarakat “overseas Chinese” di Eropa dan AS, mereka mencatat tahun baru Imlek yang sekarang ini bukannya tahun 2562 melainkan tahun 4709 (continuously numbered years), sebab dihitung dari kelahiran Kaisar Huang-di (2698 SM), kaisar pertama yang memerintah bangsa China.
Apabila orang ingat Imlek otomatis ingat angpauw (Hokkian) atau hong-bao
(Mandarin) yang artinya amplop merah berisi uang. Angpauw ini bukan hanya
digemari oleh anak-anak saja bahkan para pejabat zaman sekarang ini juga
senang sekali mendapatkan angpauw.
Konon angpauw ini bukan hanya sekedar dapat membawa keberuntungan (hoki) saja, bahkan dipercaya dapat melindungi anak-anak dari roh2 jahat, sebab uang (Qian) secara harfiah berarti dapat "menekan kekuatan jahat" atau "Ya Sui Qian", masalahnya ada roh jahat yang bernama Sui; yang selalu hadir setahun sekali untuk mengganggu anak-anak kecil, maka dari itu di usulkan sebagai penangkal roh tersebut, sebaiknya ditaruh koin yang dibungkus dengan kertas merah sebagai tumbal di bawah bantalnya mereka. Maklum unsur api yang membakar pada warna merah dapat melindungi dari pengaruh jahat. Sama seperti kalo Dracula lihat salib begitu. (Loh, Dracula itu bukannya tentara salib?)
Menurut adat kuno, yang boleh pergi keluar bersilaturahmi di hari pertama
tahun baru Imlek, hanya kaum pria saja, tetapi sekarang adat ini sudah tidak
berlaku lagi. Dan yang kudu dikunjungi secara berturut-turut adalah orang
tua suami, setelah itu baru orang tua isteri. Lalu ke sanak keluarga
lainnya. Perlu diketahui bukan hanya orang Jawa saja yang melakukan adat
sungkem, orang Tionghoa juga demikian yang disebut tee-pai.
Tahun 2011 ini adalah tahun Kelinci Emas. Cap Ji Shio (dialek Hokkian) atau Shi Er Sheng Xiao (Mandarin) atau Chinese Horoscopes adalah kebiasaan bangsa Cina yang menetapkan tahun Imlek dengan 12 jenis binatang. Untuk semua bayi yang dilahirkan pada tanggal 03 Februari 2011 hingga tahun berikutnya akan memiliki Shio Kelinci. Kebiasaan bangsa China ini sudah bersejarah lebih 2000 tahun. Alkisah Sang Buddha memanggil binatang-binatang yang ada di hutan untuk menghadap. Dikisahkan secara berurutan ada 12 binatang yang datang menghadap Sang Buddha, yakni : Tikus, Kerbau, Macan, Kelinci, Naga (naga mana ada yah), Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, dan Babi.
Walaupun itu mungkin hanya sekedar dongengan belaka. Tetapi anehnya banyak sekali orang yang percaya bahwa nasib seseorang berhubungan erat dengan tahun kelahirannya. Oleh sebab itulah dalam soal mengambil keputusan untuk menikah, 'tahun kelahiran' ini mempunyai pengaruh yang berat. Sebagai contoh sebaiknya lelaki yang lahir pada tahun ayam tidak cocok dengan perempuan yang lahir pada tahun anjing, begitu juga dengan lelaki yang lahir pada tahun naga tidak cocok dengan perempuan yang lahir pada tahun macan.
Sedangkan makanan yang berkaitan erat dengan hari raya tahun baru Imlek
adalah kue keranjang (Nian Gao). Kata Gao (kue), berbunyi sama dengan kata Gao (tinggi) sehingga memberikan makna yang sama dengan kata "Tinggi", sedangkan kata Nian berarti "Tahun" jadi secara simbolis diharapkan jabatan maupun kemakmuran semakin tahun dapat naik semakin tinggi. Oleh sebab itulah juga di Kelenteng banyak kue kerajang yang dijadiken sesajen disusun secara bertingkat.
Kue keranjang mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang
leluhur, enam hari menjelang Tahun Baru Imlek, dan puncaknya pada malam menjelang Tahun Baru Imlek. Kue keranjang yang dijadikan sesaji sembahyang ini, biasanya dipertahankan tidak dimakan sampai Cap Go Meh (malam ke-15).
Di malam tahun baru orang-orang biasanya bersantap di rumah atau di
restoran. Setelah selesai makan malam mereka bergadang semalam suntuk dengan pintu rumah dibuka lebar-lebar agar rezeki bisa masuk ke rumah dengan
leluasa.
Di samping itu berdasarkan mitos atau dongeng Dewa yang paling bisa
mengetahui, keadaan kita di rumah adalah Dewa Dapur "Zao Wang Ye" (Ciao Ong Ya = Hokkian) sebab segala macam gosip banyak disebarluaskan pada saat sedang ngobrol (kongkow) di dapur (chatting tau gak ya?), di samping itu dari makanan yang disajikan kita bisa mengetahui keadaan keluarga tersebut, apakah mereka keluarga kaya atau miskin.
Setahun sekali sang Dewa Dapur ini pulang mudik cuti untuk sekalian laporan
ke Sorga, karena Sang Dewa Dapur ini terkesan reseh dan bawel, maka dari itu
untuk menghindar agar ia tidak memberikan laporan yang tidak benar, maka
sebaiknya mulutnya disumpal dengan "Kue Keranjang" dan manisan2 lainnya, sehingga mulutnya jadi lengket sehingga akhirnya tidak bisa banyak bicara dan kalau bicara pun pasti hanya hal yang manis-manis saja.
Oleh sebab itulah juga di atas altar dari Dewa Dapur sering diletakan kertas
dengan tulisan: "Dewa yang mulia, ceritakanlah hanya kebaikan kami saja di
langit dan bawalah berkat kembali apabila Anda turun dari langit".
Makanan lainnya yang sering disajikan menjelang Imlek adalah ikan bandeng,
sebab ikan ini melambangkan rezeki. Dalam logat Mandarin, kata Yu (ikan) sama bunyinya dengan kata Yu (rezeki).
Selain ikan bandeng yang juga kudu disuguhkan adalah jeruk kuning, yang
lazim disebut sebagai "jeruk emas" (jin ju). Kalau bisa dicarikan jeruk yang
ada daunnya sebab itu melambangkan kekayaannya akan bertumbuh terus.
Kata "jeruk" dalam bahasa Mandarin bunyinya hampir sama dengan "Da Ji",
sedangkan arti kata dari "Da Ji" itu sendiri berarti “rejeki besar”.
Sedangkan untuk buah "Apel" (Ping Guo ) mempunyai arti "ping ping an an" sama artinya dengan " Da li" yang berarti besar kesehatan dan keselamatannya dan untuk buah pear melambangkan kebahagian yang atinya " sun sun li li".
Oleh sebab itu ketiga macam buah ini selalu menghiasi meja sembahyang yang berarti " Da Ji Da Li Sun Sun Li Li" = "Besar rejeki, besar kesehatan dan keselamatannya dan besar pula kebahagiaannya".
Begitu juga dalam memberikan entah itu uang ataupun barang maupun buah-buah sebaiknya dalam kelipatan dua jadi angka genap begitu, sebab terdapat sebuah pepatah Tiongkok terkenal yang berbunyi "Hao Shi Cheng Shuang", yang secara harafiah dapat diartikan "Semua yang baik harus datang secara berpasangan".
Dan agar rezekinya tidak tersapu habis keluar, maka diwajibkan menyembunyikan sapu, karena ada pantangan di mana tidak boleh menyapu dalam rumah pada hari Imlek dan dua hari sesudahnya.
Dan sudah tentu pada hari raya Imlek sebaiknya pasang Petasan, karena ini
bisa mendatangkan keberuntungan dan perdamaian sepanjang tahun. Petasan
sudah ada sejak Dinasti Tang (618-907). Konon menjelang tahun baru Imlek
sering berkeliaran monster jahat yang bernama Guo Nien, hanya sayangnya
monster ini masih kurang sakti, sehingga selalu ngacir ketakutan apabila
mendengar bunyi mercon, apalagi kalau melihat cahaya kilat yang keluar dari
ledakan mercon tersebut.
Tahun Baru China merupakan hari raya yang paling penting dalam masyarakat China. Perayaan Tahun Baru China juga dikenal sebagai Chunjié (Festival Musim Semi / Spring Festival), Nónglì Xinnián (Tahun Baru), atau Guònián atau Sin Cia.
Di luar daratan China, Tahun Baru China lebih dikenal sebagai Tahun Baru Imlek. Kata Imlek (: Im = Bulan, lek = penanggalan) berasal dari dialek Hokkian atau Mandarinya Yinli yang berarti kalender bulan. Perayaan Tahun Baru Imlek dirayakan pada tanggal 1 hingga tanggal 15 pada bulan ke-1 kalender China yang menggabungkan perhitungan matahari, bulan, 2 energi yin-yang, konstelasi bintang atau astrologi shio, 24 musim, dan 5 unsur. (Festival Musim Semi).
Karena 1/5 penghuni bumi ini adalah orang China, maka Tahun Baru China hampir dirayakan oleh seluruh pelosok dunia di mana terdapat orang China, keturunan China atau pecinan. Banyak bangsa yang bertetangga dengan China turut merayakan Tahun Baru masing2 yang tanggalnya sama persis dengan Tahun Baru China seperti Korea, Mongolia, Vietnam, Tibet, Bhutan, dan Jepang (sebelum tahun 1873).
Khusus Jepang, orang Jepang hanya merayakan Tahun Baru pada tanggal 1 Januari setiap tahun Kalender Gregorian. Sebelum tahun 1873, tanggal Tahun Baru Jepang (正月 shōgatsu) didasarkan pada kalender bulan China, sama seperti bangsa Korea dan Vietnam merayakan tahun barunya sampai saat ini. Tahun Baru Korea yang disebut Seolnal (Hangul: 설날) yang harinya persis sama sengan hari raya Imlek.
Khusus di daratan China, Hongkong, Macau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan negara-negara yang memiliki penduduk beretnis China, Tahun Baru China dirayakan dan sebagian telah berakulturasi dengan budaya setempat. Ada juga budaya memberikan hadiah semacam parcel Imlek, angpao, dan sebagainya. Isi parcel Imlek ini tergantung si pengirim tentunya.
PERTANYAAN:
Apa perbedaan Tahun Imlek dengan Tahun Hijriyah? Khan sama2 berdasarkan “bulan”?
Selamat Tahun Baru Imlek 2562 atau 4709 ?
Sebelum membaca tulisan lebih lanjut, dalam tulisan ini, saya akan menuliskan tahun 2562 adalah Kongzi Era dan 4709 adalah Huangdi Era dan disingkat menjadi K.E dan H.E. Pada umumnya di luar negeri penyebutan kalender Tionghoa adalah kalender Xia atau Xiali. Selain itu juga sering disebut kalender kaisar Kuning atau Huangdi li dan sering disingkat menjadi Huangli. Hanya di Indonesia kalender Tionghoa disebut Imlek, yang mana ini berasal dari dialek bahasa Hokkian yang berarti kalender lunar (bulan). Inilah salah satu ciri khas Tionghoa Indonesia yang menurut saya tidak ada di kalangan perantauan Tionghoa di belahan dunia lain. Walau ada beberapa orang yang beranggapan sebutan Imlek adalah salah, saya berpendapat istilah Imlek perlu dipertahankan sebagai ciri khas etnis Tionghoa Indonesia.
Berdasarkan catatan sejarah kalender Xiali digunakan pertama kali oleh Dinasti Xia (2070 SM-1600 SM), dan sistem penanggalan yang menjadi dasar untuk penanggalan kalender Xia konon dibuat oleh kaisar purba Huangdi atau kaisar Kuning. Karena digunakan oleh Dinasti Xia, maka penanggalan yang dibuat kaisar kuning Huangdi (Yellow Emperor) disebut Xiali. Dan kita sering menyebutnya sebagai kalender atau penanggalan Imlek. Tahun Imlek 2562 ini menunjukkan pengaruh Ruisme atau yang lebih dikenal sebagai agama Kong Fu-zi. Pada masa Dinasti Qing, Kang Youwei (1858-1927), seorang reformis Ruisme menyarankan agar menggunakan Kongzi era yang dihitung dari tahun kelahiran Kongzi. Sedangkan Liu Shipei (1884-1919 ) menolak hal itu dan mengusulkan agar tahun kalender Tionghoa dihitung dari tahun kelahiran Huangdi. Yang menjadi suatu masalah adalah kapan Huangdi dilahirkan untuk dijadikan patokan perhitungan Huangdi Era. Liu Shipei memperkirakan tahun 2711 SM adalah tahun kelahiran Huangdi, jadi tahun 2011 M adalah tahun 4722 H.E. Song Jiaoren ( 1882-1913 ) memperkirakan tahun 2698 BCE adalah tahun kelahiran Huangdi, dan akhirnya banyak orang yang sepakat untuk menerima tahun 2698 SM sebagai awal Huangdi Era. Dari angka inilah sekarang tahun baru Imlek 2011 ini bisa disebut tahun baru Imlek 4709 H.E.
Huangdi Culture
Selain masyarakat luas, umat Taoism juga menyebutkan bahwa Huangdi Era adalah tahun yang digunakan oleh umat Taoisme dan mereka menyebutnya Daoli atau kalender Tao. Sebagian besar masyarakat Tionghoa di luar negeri dan umat Taoisme lebih suka menggunakan Huangdi Era karena Huangdi atau kaisar Kuning ini dalam sejarah Tiongkok dianggap sebagai bapak bangsa etnis Han (kayak orang Ibrani) atau orang Tionghoa (kayak orang Yahudi) secara umumnya. Dan para Taoist menggunakan Huangdi Era, karena dalam kepercayaan Taoisme kaisar Kuning ini adalah pembuka ajaran agama Tao.
Alasan inilah yang membuat timbulnya Huangdi Era dan Dao Era, dimana Huangdi Era dan Dao Era sama saja hanya penyebutan Dao Era atau Daoli digunakan oleh para Taoist.
Mengenai ucapan GONG XI FA CAI
Gong Xi Fa Cai
meaning: Congratulations and be prosperous
pronounced: kung si fa chai
Wan Shi Ru Yi
meaning: May everything you do works out as you wished
pronounced: wan se ru i
Xin Nian Kuai Le
meaning: Happy New Year
pronounced: sin nien khuai le
Zhu Li Meng En
meaning: God bless you
pronounced: cu li meng en
The most common Chinese ways of saying Happy New Year are Gong Xi Fa Cai (Mandarin) or Gong Hey Fat Choy (Cantonese).
Gong Xi (恭禧) is congratulations or respectfully wishing one joy.
Fa Cai (發財) is to become rich or to make money.
Thus, Gong Xi Fa Cai means wishing you to be prosperous in the coming year.
A fun way to respond to someone who greets you with Gong Xi Fa Cai is Hong Bao Na Lai, "Red envelope please!"
Gong Xi Fa Cai adalah ucapan yang sering kita dengar mendekati dan pada hari raya Imlek. Kalimat Gong Xi Fa Cai (bahasa Mandarin), Gong Hey Fat Choy (bahasa Kanton-penduduk Hongkong), Kiong Hi Huat Cai (bahasa Hokkian) berarti : "Selamat dan semoga banyak rejeki".
Berbagai festival diselenggarakan untuk memeriahkan hari raya terpenting bagi bangsa/etnis Tionghoa, salah satunya pertunjukan Tarian Barongsai / Tarian Singa yang menurut kepercayaan bangsa Tionghoa, singa merupakan lambang kebahagiaan dan kesenangan. Tarian Singa terdiri dari dua jenis utama yakni Singa Utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat. Penampilan Singa Utara kelihatan lebih natural dan mirip singa ketimbang Singa Selatan yang memiliki sisik serta jumlah kaki yang bervariasi antara dua atau empat. Kepala Singa Selatan dilengkapi dengan tanduk sehingga kadangkala mirip dengan binatang ‘Kirin’ (kayak Buraq, tapi kepalanya seperti Naga).
Gerakan antara Singa Utara dan Singa Selatan juga berbeda. Bila Singa Selatan terkenal dengan gerakan kepalanya yang keras dan melonjak-lonjak seiring dengan tabuhan gong dan tambur, gerakan Singa Utara cenderung lebih lincah dan penuh dinamika karena memiliki empat kaki.
Satu gerakan utama dari tarian Barongsai adalah gerakan singa memakan amplop berisi uang yang disebut dengan istilah ‘Lay See’. Di atas amplop tersebut biasanya ditempeli dengan sayuran selada air yang melambangkan hadiah bagi sang Singa. Proses memakan ‘Lay See’ ini berlangsung sekitar separuh bagian dari seluruh tarian Singa.
Tradisi lainnya adalah bagi-bagi angpao...biasanya amplop merah bergambar khas Imlek berisi uang dihadiahkan untuk saudara-saudara dekat yang lebih muda atau yang belum menikah.
Selain berbagai festival diselenggarakan, tentunya hari raya Imlek juga menyajikan hidangan kuliner yang khas Imlek. Pada setiap acara sembahyang Imlek, idealnya disajikan minimal 12 jenis masakan dan 12 macam kue, yang mewakili lambang-lambang shio yang berjumlah 12.
Kalau di Cina, hidangan yang wajib ada adalah siu mi (mie panjang umur) dan arak, di Indonesia, hidangan yang dipilih biasanya yang memiliki arti kemakmuran, panjang umur, keselamatan atau kebahagiaan. Kedua belas hidangan itu disusun di meja sembahyang, yang bagian depannya digantungi kain khusus yang biasanya bergambar naga berwarna merah. Pemilik rumah lalu berdoa memanggil para leluhurnya untuk menyantap hidangan yang disuguhkan.
Kue-kue yang biasa disajikan pada hari Imlek adalah :
1. Kue-kue manis, yang lebih manis dari biasanya. Penyajiannya disertai harapan semoga kehidupan di tahun mendatang jadi lebih manis.
2. Kue lapis, sebagai perlambang rezeki yang berlapis-lapis.
3. Kue mangkok dan kue keranjang, makanan yang wajib disajikan pada waktu persembahyangan menyambut datangnya tahun baru Imlek. Cara penyajiannya adalah: kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Ini simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok.
4. Lapis legit, kue nastar, kue semprit, kue mawar dan manisan kolang-kaling. Ini semua makanan yang tidak boleh dilupakan. Agar pikiran menjadi jernih, disediakan pula agar-agar yang dicetak seperti bintang, sebagai simbol kehidupan yang terang.
5. Kuaci, kacang dan permen. Camilan khas Imlek ini disajikan pada malam tahun baru, seusai makan malam. Pada saat ini, biasanya mereka bergadang semalam suntuk dengan pintu rumah dibuka lebar-lebar, supaya rezeki bisa masuk ke rumah dengan leluasa.
6. Pada beberapa keluarga, biasa juga disajikan hidangan ikan utuh, yang cara memakannya cukup unik. Ikan tidak boleh dibalik-balik. Bila sisi atasnya sudah habis, tulangnya diangkat dan barulah daging di bawahnya bisa disantap.
Tapi hidangan yang tidak boleh disajikan pada saat Imlek adalah bubur, karena bubur melambangkan kemiskinan.
Gong Xi Fa Cai, Xin Nian Kuai Le...Hong Bao Na Lai…??? (Selamat dan Sukses, Selamat Tahun Baru...Mana Ang Pao nya)
Sumber : http://murtadinkafirun.forumotion.net/t9493-about-imlek-just-sharing
0 comments:
Post a Comment