free counters

Monday, January 23, 2012

Sudahkah kita mempersiapkan pensiun?


Pensiun, apakah yang terbersit dalam benak anda setelah mendengar kata tersebut? Pensiun adalah kondisi dimana bagi seorang karyawan tidak lagi masuk bekerja karena usia telah memasuki masa pensiun dan hanya menerima sebagian dari gaji pokok tanpa tunjangan dan lainnya. Untungnya PNS mempunyai program pensiun,dan juga beberapa Perusahaan juga mendaftarkan pegawainya dalam Program Jaminan Hari Tua baik melalui DPPK atau DPLK. Hal tersebut sangat membantu karena para karyawan tersebut akan tetap mendapatkan penghasilan.
Sebagai ilustrasi, penghasilan pejabat setingkat Kepala Bagian atau Eselon 3 adalah kira-kira sekitar Rp. 15 juta belum termasuk uang perjalanan, uang makan, honor dll. Lalu diasumsikan mendapat ruang gaji pokok tertinggi di skema PNS adalah Rp. 4 juta sehingga paling tinggi pensiunan hanya menerima Rp 4 juta x 80% = Rp. 3,2 juta. Jumlah tersebut hanya sekitar 22% dari penghasilan awal, apakah kita sudah siap dengan kenyataan tersebut?
Kondisi ini seringkali menjadi momok bagi karyawan sehingga terkadang mereka berusaha memperpanjang masa kerjanya. Pada masa dimana seseorang baru saja pensiun, yaitu saat mulai berhenti masuk kantor bagi sebagian orang, masa ini adalah hal yang membahagiakan karena memang menunggu untuk masa pensiun. Tapi untuk sebagian lagi mereka sedih karena belum mau berhenti bekerja atau belum punya cukup asset untuk pensiun. Masa ini sangat krusial karena disinilah titik mereka kehilangan penghasilan dan rutinitas sehari-hari untuk berangkat ke kantor, yang dapat mengakibatkan juga rasa kehilangan identitas, kekuasaan, dan harga diri. Inilah yang disebut Post Power Syndrome
Menurut data survey Financial Quotient tahun 2007 oleh salah satu bank swasta international, didapat kenyataan yang mengejutkan
• Jika Responden kehilangan pekerjaan, kebanyakan responden mengatakan bahwa mereka hanya memiliki simpanan untuk biaya hidup kurang dari 11 minggu.
6 dari 10 dari responden tidak merencanakan pension mereka
Kurang dari 25% responden tidak mempunyai dana pension formal
39% dari responden percaya bahwa mereka akan bergantung pada anak-anak mereka saat tua..

Fakta di atas menunjukkan bahwa kesadaran untuk mempersiapkan pensiun orang Indonesia masih relative rendah dan cenderung menggantungkan harapan kepada keturunan mereka. Mungkin zaman dahulu hal tersebut bisa dilakukan, namun saat ini zaman sudah berubah dan anak-anak kita akan menghadapi tantangan yang lebih berat. Sebaiknya kita sebagai orang tua tidak menggantungkan harapan kita terhadap anak karena bisa saja anak tersebut malah masih menggantungkan dirinya pada kita saat kita pensiun. Tidak ada yang tahu bukan? Atau bisa saja pada saat kita pensiun anak kita malah baru masuk kuliah. Dalam kasus seperti ini keluarga tersebut malah mempunyai kebutuhan yang amat besar karena membiayai kuliah.
Pensiun seperti apakah yang kita inginkan? Dalam menentukan kebutuhan pensiun, setiap orang tentunya berbeda. Ada orang yang ingin gaya hidupnya tetap seperti biasa, ada juga orang yang bersedia mengurangi level gaya hidupnya menjadi 50% atau 70% dari gaya hidup normal saat bekerja. Tentunya semakin tinggi level gaya hidup yang dipilih saat pensiun semakin tinggi pula dana yang harus dibentuk. Pada saat pensiun kita mau keliliing dunia? Atau masih mau bisa ngopi di Starbucks? Semua hal itu dapat terwujud apabila perencanaan pensiun anda sudah matang.
Sejak kapan kita seharusnya mempersiapkan pensiun? Idealnya adalah sejak kita pertama kali bekerja. Karena semakin awal kita mempersiapkan pensiun semakin kecil biaya yang dibutuhkan untuk persiapan pensiun. Asumsi saja usia pensiun adalah 56, maka apabila kita mulai mempersiapkan masa pensiun pada umur 25 maka kita akan mempunyai waktu 31 tahun untuk berinvestasi. Waktu yang cukup panjang bukan? untuk urusan investasi waktu adalah kawan terbaik anda.
Kita seyogyanya menginvestasikan sebagian penghasilan kita untuk kesejahteraan hari tua, minimum 10% sebaiknya kita sisihkan. Kemana kita harus investasikan? Pensiun adalah tujuan jangka panjang, maka sebaiknya kita berinvestasi di instrument jangka panjang, Berikut beberapa investasi yang dapat dilakukan dalam menghadapi pensiun

Reksadana
Reksadana merupakan Paper Asset. Reksadana dapat dijadikan instrument investasi Dana Pensiun. Karena merupakan tujuan jangka panjang maka direkomendasikan produk Reksadana Saham dan sangat disarankan melakukan cicilan investasi bulanan (cost averaging). Untuk besaran cicilan yang dibutuhkan harus dihitung kembali. Keuntungannya adalah return yang tinggi rata-rata 25% per tahun, namun kelemahannya adalah risiko yang tinggi. Mengikuti harga pasar yang otomatis dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dunia.
• Properti
Properti merupakan salah satu instrument investasi riil (Real Asset) yang bagus untuk persiapan pensiun, Apabila kita sudah mempunyai banyak property pada saat pensiun, harapannya adalah property tersebut dapat memenuhi biaya hidup setelah pensiun dengan pemasukan uang sewa dan capital gain.yang signifikan dalam jangka panjang tergantung lokasinya. Namun kelemahannya adalah rasio sewa property di Indonesia untuk rumah tinggal masih rendah, yaitu rata-rata sekitar 6-7% persen pertahun dari harga pasar rumah dan kurang likuid apabila kita membutuhkan uang cepat.
• Bisnis
Bisnis merupakan Real Assets. Merupakan bentuk investasi paling menguntungkan, apalagi apabila yang telah dihandle orang lain dan menghasilkan penghasilan pasif tetapi juga berisiko tinggi. Bisnis seyogyanya dirintis terlebih dahulu sebelum pensiun karena apabila baru memulai bisnis dengan modal besar setelah pensiun maka tidak disarankan karena bisnis mempunyai risiko yang tinggi.
Second Career
Seseorang yang telah memasuki masa pensiun biasanya mempunyai banyak waktu luang, Dengan memanfaatkan keterampilan dan pengalaman selama bekerja kita masih bisa berkarya dengan memanfaatkan ilmu yang kita punya. Banyak profesi yang tidak memerlukan waktu kerja penuh seperti mengajar, konsultan, atau menulis buku/artikel. Mungkin hal ini terlihat remeh namun dengan mempunyai karir kedua, di satu sisi tetap mendapat penghasilan tambahan dan ilmu yang dipunya masih bisa bermanfaat bagi orang lain.
Bagaimana dengan anda? Sudahkan anda mempersiapkan masa hari tua anda?
*seperti dimuat dalam majalah internal BPPK, Edukasi Keuangan edisi 9/2011

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More