Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.
Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental
dalam berpikir, namun belum terdapat definisi yang memuaskan mengenai
kecerdasan. Stenberg& Slater (1982) mendefinisikannya sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif.
Saat
ini cukup popular tentang tiga kecerdasan manusia, yaitu Kecerdasan
Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual. Tapi
Kecerdasan Adversitas? Dalam buku sumber yang penulis gunakan sebagai
rujukan tulisan ini –buku yang didapatkan dari seorang sahabat penulis
yang baik hati, Bapak Kusmayanto Kadiman, terdapat banyak sekali wawasan
dan pemahaman baru yang sangat menarik untuk dinikmati.
Intellgence Quotient (IQ)
adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio
seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan
berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan
penguasaan matematika. IQ mengukur kecepatan kita untuk mempelajari
hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan,
menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam
proses berpikir, bekerja dengan angka, berpikir abstrak dan analitis,
serta memecahkan permasalahan dan menerapkan pengetahuan yang telah ada
sebelumnya. Jika IQ kita tinggi, kita memiliki modal yang sangat baik
untuk lulus dari semua jenis ujian dengan gemilang, dan meraih nilai
yang tinggi dalam uji IQ.
Emosional Quotient (EQ)
mempunyai dua arah dan dua dimensi, arah ke dalam (personal) berarti
sebuah kesadaran diri (self awareness), penerimaan diri (self
acceptance), dan hormat diri (self respect), dan penguasaan diri (self
mastery) dan arah keluar (interpersonal) berarti kemampuan memahami
orang (to understand others), menerima orang (to accept others),
mempercayai orang (to trust others), dan mempengaruhi orang (to
influence others).
Spiritual Quotient (SQ)
intinya adalah transendensi, yaitu proses penyeberangan, pelampauan,
penembusan makna yang lazim, khususnya dari wilayah material ke wilayah
spiritual, dan dari bentuk yang kasar ke bentuk yang sublime. Dalam hal
ini hidup bukan semata-mata untuk memperoleh materi semata akan tetapi
harus betul-betul dihayati sebagai serangkaian amal bagi sesama manusia
dan beribadah kepada Tuhan. Sehingga tidak cukup jika kita hanya
mengandalkan kecerdasan intelegensi dan emosional saja. Mempertebal iman
dan taqwa kita akan membangun budi dan akhlak mulia sehingga segala
sesuatu yang kita lakukan semata-mata mohon perkenan dan ridho Tuhan,
sehingga apa yang kita kerjakan akan terasa bermakna, nikmat, dan kita
lakukan penuh dengan suka cita, tanpa keterpaksaan belaka.
Nah, yang terakhir adalah Adversitas Quotient (AQ),
pernah dengar? Menurut kamus adversity berarti kemalangan, kesulitan,
dan penderitaan. AQ disini adalah kecerdasan kita pada saat menghadapi
segala kesulitan tersebut. Beberapa orang mencoba untuk tetap bertahan
menghadapinya, sebagian lagi mudah takluk dan menyerah. Dengan demikian
kecerdasan adversitas adalah sebuah daya kecerdasan budi-akhlak-iman
manusia menundukkan tantangan-tantangannya, menekuk
kesulitan-kesulitannya, dan meringkus masalah-masalahnya sekaligus
mengambil keuntungan dari kemenangan-kemenangan itu.
Ingin sukses dan berhasil? Cukup cerdaskah saya, anda, kita?
Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2010/07/21/iq-eq-sq-dan-aq/
0 comments:
Post a Comment